“Kalau masyarakat mulai membiasakan mencabut colokan, dampaknya besar. Bayangkan, kalau 10 juta rumah tangga di Indonesia hemat 10 watt per hari, setara dengan penghematan puluhan megawatt listrik nasional,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya edukasi publik soal efisiensi energi.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Sebut Salah Satu Kategori Konsumen Cerdas Adalah Hemat Pemakaian Listrik
Menurut Tohom, kebiasaan mencabut colokan perangkat bisa diganti dengan penggunaan power strip ber-saklar atau smart plug yang dapat memutus daya otomatis saat tidak diperlukan.
“Ini langkah sederhana tapi sangat efektif. Hemat energi berarti hemat biaya dan juga menjaga keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.
Tohom, yang juga Ketua Umum Lembaga Konsumen Ketenagalistrikan Indonesia (LKKI) ini menambahkan bahwa masyarakat perlu lebih jeli saat membeli perangkat baru.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Tanpa Hemat, Indonesia Tidak Akan Bisa Swasembada Energi
“Pilih produk yang punya label hemat energi dan daya standby rendah. Jangan tergiur harga murah tapi boros daya. Konsumen punya hak untuk tahu seberapa efisien produk yang mereka beli,” ujarnya.
Lebih jauh, ALPERKLINAS menekankan agar lembaga-lembaga perlindungan konsumen lain, termasuk yang bergerak di bidang energi dan ketenagalistrikan, turut memperkuat edukasi publik mengenai perilaku hemat listrik ini.
“Kampanye hemat energi harus menjadi gerakan bersama antarlembaga perlindungan konsumen. Ini bukan hanya soal tagihan listrik, tapi juga tanggung jawab sosial dalam menjaga keberlanjutan energi nasional,” tegas Tohom.