KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO – Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) mengingatkan masyarakat agar lebih bijak dalam penggunaan perangkat elektronik di rumah tangga.
Salah satu cara efektif untuk menekan tagihan listrik adalah dengan mencabut colokan perangkat yang tidak digunakan.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Sebut Salah Satu Kategori Konsumen Cerdas Adalah Hemat Pemakaian Listrik
Menurut ALPERKLINAS, ada 17 jenis barang elektronik yang tetap mengonsumsi daya meski dalam kondisi “off”.
Ketua Umum ALPERKLINAS KRT Tohom Purba menjelaskan, fenomena ini dikenal sebagai standby power atau vampire load — yakni kondisi di mana perangkat masih menarik daya listrik walaupun sudah dimatikan.
“Banyak orang mengira tombol off sudah memutus aliran listrik sepenuhnya, padahal masih ada konsumsi daya kecil yang berjalan terus menerus. Inilah yang membuat tagihan listrik rumah tangga bisa membengkak tanpa disadari,” ujar Tohom di Jakarta, Kamis (7/11/2025).
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Tanpa Hemat, Indonesia Tidak Akan Bisa Swasembada Energi
Menurutnya, perangkat seperti charger ponsel, televisi, laptop, set-top box, router WiFi, printer, hingga mesin kopi digital termasuk dalam kategori yang wajib dicabut colokannya jika tidak sedang digunakan.
Meski konsumsi dayanya kecil, antara 1 hingga 20 watt, jumlah tersebut akan terasa signifikan bila dibiarkan terpasang selama 24 jam setiap hari.
Tohom menegaskan, penghematan energi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau penyedia listrik, tapi juga perilaku konsumen.
“Kalau masyarakat mulai membiasakan mencabut colokan, dampaknya besar. Bayangkan, kalau 10 juta rumah tangga di Indonesia hemat 10 watt per hari, setara dengan penghematan puluhan megawatt listrik nasional,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya edukasi publik soal efisiensi energi.
Menurut Tohom, kebiasaan mencabut colokan perangkat bisa diganti dengan penggunaan power strip ber-saklar atau smart plug yang dapat memutus daya otomatis saat tidak diperlukan.
“Ini langkah sederhana tapi sangat efektif. Hemat energi berarti hemat biaya dan juga menjaga keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.
Tohom, yang juga Ketua Umum Lembaga Konsumen Ketenagalistrikan Indonesia (LKKI) ini menambahkan bahwa masyarakat perlu lebih jeli saat membeli perangkat baru.
“Pilih produk yang punya label hemat energi dan daya standby rendah. Jangan tergiur harga murah tapi boros daya. Konsumen punya hak untuk tahu seberapa efisien produk yang mereka beli,” ujarnya.
Lebih jauh, ALPERKLINAS menekankan agar lembaga-lembaga perlindungan konsumen lain, termasuk yang bergerak di bidang energi dan ketenagalistrikan, turut memperkuat edukasi publik mengenai perilaku hemat listrik ini.
“Kampanye hemat energi harus menjadi gerakan bersama antarlembaga perlindungan konsumen. Ini bukan hanya soal tagihan listrik, tapi juga tanggung jawab sosial dalam menjaga keberlanjutan energi nasional,” tegas Tohom.
Dalam kesempatan yang sama, ALPERKLINAS juga mengimbau PLN serta instansi terkait untuk berkolaborasi aktif dengan lembaga-lembaga konsumen dalam menyosialisasikan pentingnya mencabut colokan perangkat elektronik yang tidak digunakan.
Menurut Tohom, sinergi antara penyedia listrik dan organisasi perlindungan konsumen akan memperkuat kesadaran masyarakat tentang efisiensi energi.
Sebelumnya, artikel energi internasional seperti Dad is FIRE juga menyoroti 17 perangkat rumah tangga yang tetap mengonsumsi listrik meski sudah dimatikan.
Daftar tersebut mencakup charger ponsel, laptop, router WiFi, konsol game, hingga televisi modern yang memiliki fitur standby mode.
[Redaktur: Mega Puspita]