Konsumenlistrik.com | Rencana pemerintah untuk menggenjot kapasitas terpasang PLTS Atap hingga 3.600 Megawatt (MW) atau sekitar 3,6 Gigawatt (GW) pada 2025 dinilai akan sulit. Hal itu diungkapkan oleh Guru besar Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia Profesor Iwa Garniwa.
Menurut Iwa cukup berat bagi pemerintah untuk mengejar kapasitas terpasang pada 2025 sebesar 3,6 GW. Pasalnya, PT PLN sendiri kondisinya saat ini masih kelebihan pasokan listrik atau over suplai.
Baca Juga:
Pegang Indikasi Kuota Awal Pasang, Kementerian ESDM dan PLN Antisipasi Masuknya Daya Listrik Intermiten dari PLTS Atap
"Menurut saya terlalu berat untuk membuat road map ini. PLN sendiri masih dalam oversupply, dan mindset masyarakat apakah sudah mau masuk ke situ, walaupun harga dari PLTS murah?," kata Iwa kepada CNBC Indonesia dalam Energy Corner, Senin (9/5/2022).
Di samping itu,implementasi dari PLTS Atap di Indonesia sendiri menurut dia juga hanya menguntungkan sebagian golongan masyarakat saja. Setidaknya hanya golongan daya listrik rumah tangga 3300 volt ampere (VA) saja yang mampu memasang pembangkit ini.
"Walaupun secara harga PLTS sudah murah tapi sekali lagi PLTS gak bisa berdiri sendiri. Sebagai gambaran siapa sih pelanggannya atau yang akan bagun PLTS, tentu bukan pelanggan 450 VA," ujar Iwa.
Baca Juga:
Pasang PLTS Atap Ada Sistem Kuota, Ini Tujuannya
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan bahwa kapasitas terpasang PLTS Atap pada 2025 ditargetkan dapat mencapai 3.600 Megawatt (MW) atau sekitar 3,6 GW.
Namun demikian, untuk mencapai target ini memang tidak mudah, pasalnya kapasitas terpasang PLTS Atap hingga sampai saat ini baru sebesar 54 MW dengan jumlah pelanggan sekitar 5300 yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Sekarang kapasitas di angka 54 MW yang sudah ada meterannya eximnya dari PLN. Tapi sudah banyak nih yang sebenarnya masang tapi belum ada meterannya jadi belum bisa dihitung berapa tambahannya. Kemudian dari yang masang itu kira-kira angkanya 5300 an," kata Iwa. [tum]