"Kalau kendaraan digunakannya jarang dan sering dirawat, bisa mencapai 2 tahun. Sebaliknya, apabila mobil digunakan dengan frekuensi perjalanan yang tinggi, frekuensi cycle itu pun akan tinggi pula sehingga usianya bisa habis dalam satu tahun saja," kata Hadi.
"Sehingga, usia aki sangat tergantung terhadap pemakaian. Pada kasus mobil hybrid, karena beban aki jadi lebih ringan cycle tersebut habisnya akan lebih lama, mungkin saja melebihi dua tahun," ujar dia.
Baca Juga:
Target Ekspor Ekraf Meningkat: Pelatihan Ekspor AKI Dicanangkan Menparekraf
Melihat ancaman itu, maka pemerintah RI bersama industri terkait harus melakukan dialog mengenai keberlangsungan sektor otomotif baik pada bagian hulu maupun hilir saat proses transis menuju era mobil listriki.
Apalagi, pemain di industri aki cukup bersaing dengan sumbangan ekspor dan produksi yang cukup tinggi. Belum lagi bila berbicara jumlah angkatan kerjanya.
"Aki kita benar-benar dibuat oleh anak bangsa, TKDN-nya mencapai 70 persen untuk produk terbaru, Massiv Thunder. Tapi untuk rinciannya, bisa dielaborasi lagi ke tim produksi karena berkaitan dengan data," kata Hadi. (tum)