"Dan kalau bisa kembangkan komprehensif lagi, tahun 2026 akan jadi EV battery production hub di ASEAN, kita kuasai pasar ASEAN dengan produksi baterai kita," ungkapnya.
Tidak berhenti hanya menguasai pasar ASEAN saja, IBC juga akan melebarkan sayapnya, melakukan ekspansi secara kapasitas, sehingga bisa menjadi pemain global pada 2027.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Bahkan, IBC disebut-sebut akan mengakusisi StreetScooter, produsen kendaraan listrik milik Deutsche Post DHL Group asal Jerman.
Holding baterai ini dibentuk oleh empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terdiri dari Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID (PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), dengan komposisi saham sebesar masing-masing 25%.
Lebih lanjut dia mengatakan, puncak dari permintaan kendaraan listrik Indonesia akan terjadi pada 2035 mendatang. Di tahun tersebut permintaan baterai EV diperkirakan bisa mencapai 59 Giga Watt hour (GWh).
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
Proyeksi ini menurutnya diukur berdasarkan kajian yang sudah pihaknya lakukan, di RI ada tiga segmen besar yang mendorong kebutuhan baterai EV.
Dari sisi kendaraan, ada roda empat yang diproyeksikan hingga 2035 bakal mencapai hampir 400 ribuan kendaraan per tahun, sehingga butuh banyak suplai baterai. Selain roda empat, ada juga roda dua yang diproyeksikan bakal mencapai 3 juta kendaraan.