Konsumenlistrik.com | Aktivis Greenpeace kembali beraksi menolak terkait ekspor minyak yang dilakukan Rusia. Kali ini, aksi penolakan dilakukan untuk pengiriman minyak Rusia ke Denmark.
Menyadur dari CNBC Indonesia, aksi penolakan dilakukan oleh para aktivis dengan berenang atau mengendarai kayak di perairan es di Frederikshavn untuk memblokir pengiriman minyak dari Rusia tersebut. Setidaknya ada dua kapal tanker yang di blokir, salah satunya milik Pertamina.
Baca Juga:
KPK Ungkap Soal Kasus PT Jembatan Nusantara dan ASDP yang Rugikan Negara
Organisasi lingkungan tersebut diketahui telah beraksi sejak beberapa waktu lalu dan menyerukan larangan impor bahan bakar fosil dari Rusia. Hal ini diakibatkan karena serangan Rusia ke Ukraina yang dinilai sangat tidak berprikemanusian.
"Pada pukul 11:00 (09.00 GMT), para aktivis memulai blokade supertanker Pertamina Prime, mencegah kapal lain Seaoath mendekatinya dan memblokir pengiriman minyak," kata juru bicara Greenpeace Emma Oehlenschlager dikutip dari France24, Minggu (3/4/2022).
Asal tahu saja, Pertamina Prime adalah kapal kedua PT Pertamina International Shipping yang pembangunannya dimulai sejak 2019. Kapal ini merupakan kapal single screw driven single deck type crude oil tanker dengan panjang 330 meter dan draft 21.55 meter.
Baca Juga:
Tim Sar Dikerahkan Cari Kapal Angkut Wisatawan Dilaporkan Tenggelam di Takalar Sulsel
Kapal yang sudah melakukan sea trial pada 8 Maret 2021 hingga 13 Maret 2021 di Goto Islands of Nagasaki Prefecture, Jepang ini akan ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan feedstock kilang yang dijalankan oleh Subholding Refinery & Petrochemical Pertamina. Setelah melakukan tahapan uji coba selama 6 hari kala itu, akhirnya PERTAMINA PRIME dinyatakan layak untuk dilayarkan di perairan Internasional.
CNBC Indonesia telah mencoba menghubungi manajemen perusahaan terkait kebenaran kabar pencegatan tersebut. Hingga berita ini diturunkan, belum ada respon dari pihak Pertamina.
Setidaknya ada sebelas aktivis yang melakukan aksi protes ini. Beberapa dari mereka membawa spanduk yang menyerukan pemerintah untuk "berhenti mengobarkan perang".