KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO – Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) merespons positif keberhasilan PT PLN (Persero) menyambungkan kembali transmisi 150 kV Pangkalan Brandan–Langsa yang menjadi tulang punggung interkoneksi sistem kelistrikan Sumatra–Aceh.
Pulihnya jalur strategis ini menandai berakhirnya fase kritis isolasi sistem Aceh pascabencana dan membuka jalan bagi pemulihan kelistrikan secara menyeluruh.
Baca Juga:
PLN UP3 Bandung Pastikan Kesiapan Pelayanan Nataru Pada Apel Siaga dan Doa Bersama Siaga di Lapangan Kodam 3 Siliwangi
ALPERKLINAS menilai tersambungnya kembali transmisi tersebut merupakan langkah fundamental dalam menjaga hak dasar konsumen listrik atas pasokan energi yang andal, aman, dan berkelanjutan.
Interkoneksi Sumatra–Aceh yang kembali normal juga dinilai penting untuk menjaga stabilitas sistem, menekan risiko pemadaman meluas, serta memastikan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat Aceh kembali bergerak.
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, mengungkapkan bahwa keberhasilan pemulihan interkoneksi ini menunjukkan kapasitas negara melalui PLN dalam mengelola krisis ketenagalistrikan secara terukur dan bertanggung jawab.
Baca Juga:
TÜV Rheinland-EVSafe Dorong Harmonisasi Standar Nasional Demi Keamanan Jaringan Kendaraan Listrik Indonesia
Menurutnya, jaringan transmisi Brandan–Langsa adalah nadi utama yang menentukan kekuatan sistem kelistrikan Aceh secara keseluruhan.
“Pemulihan transmisi Brandan–Langsa adalah momentum strategis. PLN telah memastikan konsumen listrik di Aceh kembali terlindungi dari ketidakpastian pasokan. Dari sudut pandang perlindungan konsumen, interkoneksi yang pulih berarti sistem lebih stabil, risiko gangguan berkurang, dan kualitas layanan meningkat,” ujar Tohom, Minggu (22/12/2025).
Ia memandang langkah PLN yang langsung memasuki fase pengoperasian pembangkit, khususnya PLTU Nagan Raya, sebagai pendekatan yang tepat dan disiplin secara sistem.
Proses pemanasan, sinkronisasi, dan pengujian kinerja pembangkit selama sekitar 48 jam dinilainya mencerminkan kehati-hatian agar pemulihan tidak justru menimbulkan gangguan baru bagi konsumen.
“Pendekatan bertahap ini penting. Konsumen tidak hanya membutuhkan listrik menyala, tetapi listrik yang andal. PLN menunjukkan bahwa keandalan sistem ditempatkan di atas kepentingan serba cepat yang berisiko,” lanjutnya.
Lebih jauh, Tohom menilai pengerahan lebih dari 1.600 petugas PLN di lapangan merupakan bukti nyata bahwa pemulihan kelistrikan pascabencana memerlukan solidaritas nasional lintas daerah.
Ia menyebut gotong royong teknis ini sebagai fondasi penting menuju sistem ketenagalistrikan yang lebih tangguh menghadapi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi di masa depan.
“Ke depan, pemulihan ini harus menjadi pelajaran nasional. Indonesia membutuhkan sistem kelistrikan yang bukan hanya besar, tetapi juga adaptif dan tahan bencana. Penguatan jaringan, redundansi transmisi, dan kesiapsiagaan darurat harus menjadi agenda jangka panjang agar konsumen tidak lagi menjadi pihak paling rentan saat bencana terjadi,” kata Tohom.
ALPERKLINAS juga mendorong agar pascapemulihan ini PLN dan pemerintah memperkuat komunikasi publik yang transparan kepada konsumen, terutama terkait tahapan normalisasi, keselamatan penggunaan listrik di area terdampak lumpur dan genangan, serta estimasi pemulihan penuh di tingkat distribusi.
“Transparansi adalah bagian dari perlindungan konsumen. Ketika masyarakat memahami proses dan risikonya, kepercayaan publik terhadap penyedia listrik akan semakin kuat,” pungkas Tohom.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyampaikan bahwa transmisi Pangkalan Brandan–Langsa merupakan backbone utama interkoneksi Sumatra–Aceh.
Pemulihan dilakukan melalui pembangunan tower darurat di titik-titik terdampak banjir dan longsor dengan tantangan medan berat dan cuaca ekstrem.
Setelah interkoneksi pulih, PLN memasuki tahap pengoperasian kembali pembangkit, khususnya PLTU Nagan Raya, sebelum pasokan listrik disalurkan bertahap melalui 20 gardu induk, 558 penyulang, dan 15.717 gardu distribusi di seluruh Aceh.
[Redaktur: Mega Puspita]