Konsumenlistrik.com | Tak mau kalah dengan Indonesia yang gencar memberikan insentif bagi mobil listrik, Thailand pun memutuskan kebijakan serupa.
Kabinet pemerintahan Thailand, seperti dilaporkan Reuters baru-baru ini, menyetujui paket insentif pajak untuk mendorong pertumbuhan pasar mobil listrik.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Harapannya, industri dan perekonomian di sana pada akhirnya dapat terdongkrak.
Sekadar mengingatkan, Indonesia, di sisi lain, sejak tiga tahun lalu menciptakan program percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Ini dicetuskan lewat Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019.
Berbagai insentif fiskal maupun nonfiskal disiapkan bagi konsumen mobil listrik maupun pabrikannya yang berinvestasi di Tanah Air.
Baca Juga:
ASEAN+3 Tandatangani MoU untuk Perangi Kejahatan Siber Lintas Batas
Salah satunya tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) spesial bagi mobil mild hybrid, hybrid, plug-in hybrid, mobil listrik murni, sampai mobil hidrogen yang berlaku per 16 Oktober 2021.
Pada 2035, pemerintah Indonesia menargetkan produksi sejuta mobil listrik. Mereka juga mendorong investasi pabrik baterai kendaraan listrik.
Lebih lanjut, salah satu insentif yang baru disepakati pemerintah Thailand adalah pengurangan bea masuk tahun ini dan tahun depan.
Ada pengurangan bea masuk 40 persen untuk impor mobil listrik Completely Built Up (CBU) seharga hingga 2 juta baht (Rp 885,93 juta, 1 baht = Rp 442,97).
Lalu, impor CBU mobil listrik berbanderol di atas itu sampai dengan 7 juta baht (Rp3,1 miliar) mendapat potongan bea masuk sebesar 20 persen.
Terdapat pula reduksi pajak cukai bagi mobil-mobil listrik impor menjadi 2 persen, dari sebelumnya 8 persen. Kebijakan ini diharapkan menambahkan 7.000 kendaraan listrik pada tahun pertama, menurut Menteri Keuangan Arkhom Termpittayapaisith.
Stimulus lainnya ialah rabat pajak penghasilan dari 35 persen menjadi 17 persen bagi para pekerja ekspatriat di industri-industri atau zona-zona ekonomi yang menjadi target.
Thailand menargetkan 30 persen dari total produksi kendaraan mereka pada 2030 dikontribusikan oleh mobil listrik.
Bicara industri otomotif, Thailand masih ‘pemain’ utama di region Asia Tenggara, dengan produksi saat ini sekitar 2 juta mobil setiap tahunnnya. ‘Negeri Gajah Putih’ telah cukup lama menjadi basis produksi berbagai pabrikan roda empat global.
Pabrikan-pabrikan mobil terpilih di Thailand nantinya menerima pula insentif 70-150 ribu baht (Rp31- 66,44 juta) untuk setiap mobil listrik yang diproduksi. Insentif bagi produksi setiap unit sepeda motor listrik 18 ribu baht (Rp7,9 juta).
“Ini semua untuk memacu investasi dan penciptaan pekerjaan. Ini perlu, kalau tidak kami tidak akan bisa mengikuti cepatnya perkembangan industri otomotif dan yang lain akan menyalip kami,” sebut Arkhom. [tum]