Dari sisi ekonomi, instalasi ini juga mampu menghemat hingga €42.700 per tahun, membuktikan bahwa keberlanjutan dan efisiensi biaya bisa berjalan beriringan.
Tohom yang juga Mantan Ketua GOVA (Government Asset Watch) Sumatera Utara ini menekankan pentingnya sinergi antara sektor swasta dan pemerintah dalam mempercepat realisasi energi bersih.
Baca Juga:
Penuhi Rasa Keadilan, ALPERKLINAS Dorong Seluruh Daerah Tiru Kolaborasi Dinas ESDM Kaltara, Kementerian ESDM dan PLN Bangun Listrik di Pedalaman
Ia mendorong agar program transisi energi bukan hanya dikejar oleh BUMN energi, melainkan juga pelaku industri di semua sektor.
“Energi bersih harus menjadi gaya hidup industri, bukan sekadar proyek percontohan. PLTS seperti di Bayer Cimanggis bisa menjadi cetak biru untuk kawasan industri lain, baik di Jabodetabek maupun di luar Jawa,” tegas Tohom.
Ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan Indonesia mencapai netral karbon tak bisa lepas dari partisipasi aktif industri besar.
Baca Juga:
Jadikan PLTN Opsi Utama, ALPERKLINAS Desak Pemerintah Maksimalkan Sosialisasi ke Masyarakat
Oleh karena itu, ALPERKLINAS berkomitmen untuk terus mengawal praktik keberlanjutan energi agar tidak berhenti sebagai jargon semata.
“Apresiasi kepada Bayer bukan hanya karena mereka pasang panel surya, tetapi karena mereka berani memimpin tren baru: industri hijau yang efisien, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masa depan,” pungkas Tohom.
Sebelumnya, Bayer Indonesia melalui fasilitas Supply Center Healthcare di Cimanggis, Jawa Barat, telah memantapkan langkahnya menuju 100 persen energi terbarukan pada 2030 dan target penurunan emisi karbon sebesar 42 persen pada 2029.