"APBN mengambil seluruh shock yang berasal dari minyak dan listrik. Masyarakat tidak mengalami dampak namun APBN yang harus mengambil konsekuensinya," terangnya.
Pada 2022, tekanan ini diperkirakan akan terus berlanjut. Sri Mulyani melaporkan harga minyak mentah Indonesia (ICP) rata-rata sudah mencapai US$ 90,81 per barel (ytd), lebih tinggi dari asumsi APBN yang sebesar US$ 63 per barel.
Baca Juga:
Wamendag Roro: Prioritaskan Perdagangan Hijau, Ramah Lingkungan, serta Berkelanjutan
Di sisi lain ada kenaikan konsumsi BBM, dari 1,18 juta KL menjadi 1,39 juta KL pada 2022 dan LPG 3 Kg dari 603,3 juta Kg menjadi 632,7 juta Kg. Pelanggan listrik subsidi juga meningkat jadi 37,2 juta menjadi 38,2 juta pelanggan.
"Ini masih akan berlangsung sampai 2022. Sampai 3 bulan ini juga belum ada perubahan. Sehingga akan menyebabkan kenaikan tagihan kompensasi yang diperhitungkan," pungkasnya. [tum]