KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) menyatakan dukungannya terhadap langkah PT PLN (Persero) menggandeng Swiss untuk mempercepat pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia.
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba menilai ajakan PLN kepada Swiss merupakan langkah strategis yang realistis dan berbasis bukti.
Baca Juga:
PLTA Jadi Pilihan Utama EBT, ALPERKLINAS: Miliki Multi Efek bagi Masyarakat Sekitar
Ia menyebut Swiss sebagai negara dengan pengalaman panjang dan teknologi unggul dalam pengelolaan energi air.
"Swiss bukan sekadar mitra potensial, tetapi mitra yang sudah terbukti sejak lama. Teknologi PLTA mereka sudah hadir di Indonesia sejak awal abad ke-20, dan hingga kini masih menunjukkan keandalan. Jadi wajar jika PLN membuka peluang kerja sama lebih besar," ujar Tohom, Sabtu (19/4/2025).
Menurut Tohom, transisi menuju energi bersih adalah keniscayaan yang tak bisa ditunda, dan PLTA merupakan pilihan yang tepat untuk Indonesia yang kaya akan sumber daya air.
Baca Juga:
Indonesia Menuju Kemandirian Energi, Prabowo Resmikan 37 Proyek Strategis Ketenagalistrikan
Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pengembangan infrastruktur energi.
“Dalam konteks perlindungan konsumen listrik, kita ingin energi yang bukan hanya bersih dan andal, tapi juga terjangkau dan berkelanjutan. PLTA punya semua elemen itu. ALPERKLINAS mendorong agar kerja sama ini menyentuh daerah-daerah yang selama ini kekurangan pasokan listrik,” jelasnya.
Tohom juga menyoroti perlunya mekanisme pengawasan publik dalam proyek-proyek PLTA mendatang, agar tetap mengedepankan prinsip akuntabilitas dan kepentingan masyarakat luas.
“Kerja sama dengan pihak asing harus dibarengi dengan transfer pengetahuan, keterlibatan lokal, dan sistem kontrol publik yang jelas. Jangan sampai hanya jadi proyek elit tanpa dampak ke rakyat,” tambahnya.
Tohom yang juga Direktur Lembaga Bantuan Hukum Wahana Konsumen Indonesia ini mengatakan bahwa inisiatif PLN untuk mendongkrak kapasitas energi bersih melalui PLTA adalah langkah yang sejalan dengan aspirasi konsumen masa kini yang lebih sadar lingkungan dan menuntut transparansi.
“Dengan potensi air yang luar biasa, Indonesia tak boleh hanya jadi pasar. Kita harus jadi pelaku utama dan tuan rumah di negeri sendiri. Konsumen juga harus dilibatkan dalam proses perencanaan dan pengawasan agar kepercayaan tetap terjaga,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero), Suroso Isnandar, dalam Konferensi Pembangkit Listrik Tenaga Air Indonesia–Swiss 2025 menyatakan bahwa saat ini baru 5,8 gigawatt (GW) dari total potensi energi air sebesar 29 GW yang dimanfaatkan.
Ia menambahkan, dalam 10 tahun ke depan akan ada tambahan kapasitas pembangkit sebesar 71,2 GW, di mana 59% berasal dari energi terbarukan, termasuk 11,7 GW atau 28% dari PLTA skala besar dan kecil.
PLN pun mengajak investor Swiss untuk berkolaborasi dalam pengembangan PLTA di Indonesia.
Menurut Suroso, kontribusi Swiss di sektor PLTA sudah terbukti sejak lama melalui berbagai proyek besar seperti PLTA Saguling dan Cirata.
Sementara itu, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN, Olivier Zehnder, menyatakan bahwa Swiss menghasilkan 60% listriknya dari PLTA.
Ia berharap kerja sama ini bisa mempererat pertukaran pengetahuan dan teknologi antara kedua negara.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]