Menurut Yudo, hal ini terjadi lantaran selama proses transisi energi harus memperhatikan secara detail dampak kesejahteraan sosial selain pertumbuhan ekonomi hijau. Maka dari itu, pendekatan people-centered pada transisi energi akan memberikan manfaat yang besar bagi perubahan sistem energi di Indonesia.
"People-centered dalam transisi energi bersih memastikan manfaat dan biaya yang terlibat dalam transformasi sistem energi kita didistribusikan secara adil serta melindungi masyarakat yang paling rentan," ungkapnya.
Baca Juga:
PLN Suskes Perkuat Infrastruktur Listrik dan Berkontribusi pada Keberlanjutan
Yudo menyampaikan pendekatan people-centered sudah dilakukan oleh International Energy Agency (IEA) melalui pembentukan Global Commission on People-Centered Energy Transitions. Melalui Komisi Global itu, IEA mengeluarkan selusin rekomendasi tentang bagaimana kita dapat mengatasi perilaku yang adil dan merata saat bertransisi menuju energi berkelanjutan.
Rekomendasi tersebut bertujuan untuk mengubah dari prinsip menjadi aksi yang lebih konkrit. Rekomendasi tersebut antara lain mencakup dukungan terhadap pekerjaan yang layak dan berkualitas dengan manfaat kesejahteraan sosial, perlindungan pekerja dan masyarakat yang terkena dampak dalam masa transisi, kesetaraan dan inklusi sosial dari kebijakan transisi, dan keterlibatan warga negara dan pemuda.
"Komisi Global menyadari bahwa keadaan dan sistem energi bersih akan berbeda-beda di suatu negara, dan oleh karena itu rekomendasi ini dapat diterapkan secara beragam. Oleh karena itu, rekomendasi, praktik, dan pengalaman tentang people-centered transitions dapat menjadi bahan pertimbangan yang kuat untuk memperkuat hasil utama ETWG G20," pungkas Yudo. [tum]