Konsumenlistrik.com | Mobil listrik tidak didesain untuk melewati genangan air. Batas maksimum mobil tergenang air adalah 30 menit.
Kesiapan terhadap ekosistem mobil listrik di Indonesia salah satunya digalakkan oleh Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (PERIKLINDO).
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Tidak cuma perihal stasiun isi daya, teknologi baik mobil maupun infrastrukturnya, bagi PERIKLINDO sendiri kesiapan menghadapi mobil listrik harus realistis.
Salah satunya dipaparkan oleh Puryanto General Manager PT Mobil Anak Bangsa, perwakilan dari PERIKLINDO dalam acara Sosialisasi & Workshop Konversi EV DKI Jakarta belum lama berselang.
Isu yang mengemuka mengenai mobil listrik adalah problem mengadapi genangan banjir. Sebab, kejadian semacam ini umum di kota-kota Indonesia, termasuk wilayah padat Jakarta dan sekitarnya.
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
"Mobil listrik tidak didesain untuk berenang di air. Motor juga sama. Maksimum 30 menit," ujar Puryanto, dikutip dari otosia.com.
Dalam paparan baik mengenai jenis baterai, tegangan, dan lain sebagainya terkait informasi yang penting diketahui mengenai mobil listrik, ia mengatakan bahwa waktu 30 menit adalah waktu batasan.
Artinya, dalam rentang waktu tersebut, sebenarnya mobil listrik masih aman-aman saja dari kejadian yang tidak diinginkan.
"Jadi kalau nyeberang di genangan air 30 menit enggak apa-apa. Tapi kalau lebih dari 30 menit, mobil apa pun juga pasti rusak," tekannya.
Ia menggambarkan waktu itu sebagai komparasi umum akan rusaknya kendaraan saat menghadapi genangan air.
Sebab, mesin mobil konvensional berbasis motor bakar pun tidak akan bisa berlama-lama beroperasional di air.
"Mobil bensin, diesel, air masuk di intake setengah sendok saja water hammer. Itu juga hancur," kata dia. [tum]