Erick menilai upaya pengambilalihan saham StreetScooter merupakan transaksi yang normal-normal saja. Sebab, upaya tersebut bertujuan memperbaiki hilirisasi atau ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
"Sekarang gini, kalau kita semua menolak bangun hilirisasi baterai, ya ga usah partneran sama CATL, LG, suruh aja mereka bikin sendiri, ngapain BUMN ikut berpartner. artinya apa? Waktu kita milih CATL sama LG kita korupsi? rugi loh, rugi loh, itu investasi USD 1,9 miliar dan USD 1,5 miliar, akan rugi berapa tahun? Berarti masuk penjara dong, salah. Kalo gitu raw material aja untung, kalo kirim raw material trading, untung, ngapain," kata dia.
Baca Juga:
Siap Kembangkan Baterai Listrik di Tanah Air, Menteri BUMN Ajak PLN dan IBC ke China
Adapun skema ekosistem kendaraan listrik, di sisi hulu, ada PT Antam (Persero) Tbk, dan PT Vale Indonesia Tbk, (INCO) nantinya menyediakan nikel untuk baterai kendaraan listrik. Lalu, proses produksi motor listrik, ada anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, GESITS.
Untuk produksi ESS Baterai ada NIPRESS, di battery swap motor ada Ezyfast dan PT Pertamina (Persero), dan di charging station mobil ada Starvo dan PT PLN (Persero).
CATL dan LG akan mengelola nikel menjadi baterai seperti HPAL, prekursor, katoda, battery cell & pak.
Baca Juga:
Ajak PLN dan IBC Kunjungi China, Menteri BUMN Ingin Jalin Kerjasama Baterai EV
Sementara, produsen mobil listrik, sampai saat ini baru Hyundai yang siap. Pabriknya akan beroperasi pada 2022 di Karawang, Jawa Barat.
Jika StreetScooter masuk, maka produsen mobil listrik dalam ekosistem ini menjadi dua pemain.
Di lain sisi, Erick geram, sebab ada tuduh dia melakukan transaksi khusus dengan StreetScooter perihal rencana akuisisi oleh IBC.