Hartanto menyebut, meskipun energi baru terbarukan (EBT) akan terus meningkat, namun penggunaan batu bara dalam bauran energi (fuel mix) pembangkit listrik hingga 2030 masih dominan.
"EBT akan terus berkembang, tapi fossil fuel dalam hal ini batu bara masih dominan dalam fuel mix ketenagalistrikan sampai 2030," ujarnya.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Dia mengatakan, penjualan listrik PLN pada 2022 diperkirakan masih menunjukkan tren positif, seiring dengan meningkatnya penjualan listrik pada 2021.
Penjualan listrik pada 2021 tercatat mencapai 255,1 Tera Watt hour (TWh), lebih tinggi dari penjualan listrik dari sebelum pandemi Covid-19 melanda di mana pada 2019 penjualan listrik tercatat sebesar 243,1 TWh.
Pertumbuhan penjualan listrik PLN pada 2021 ini tercatat mencapai 5,78% dibandingkan 2020 yang tercatat minus 0,79% atau 241,1 TWh. Sementara pertumbuhan penjualan listrik pada 2019 sebelum pandemi tercatat 4,57% dari 2018 yang tercatat sebesar 232,4 TWh.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Flashback bagaimana Covid-19 mengakibatkan demand listrik turun atau pertumbuhan listrik minus pada 2020, dalam beberapa dekade terakhir secara nasional. Tapi telah membaik di 2021, sehingga positif menjadi tumbuh 5,78%. Artinya, konsumsi listrik di 2021 telah pulih dan melampaui 2019 sebelum terjadinya pandemi Covid-19," jelasnya. [tum]