Konsumenlistrik.com | Direktur Utama (Dirut) PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini sedang terus menerus mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di seluruh Indonesia. Tak hanya dari jumlahnya, ia juga saat ini mencoba menekan harga listrik produksi PLTS.
Darmawan mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada penurunan harga yang cukup signifikan dari listrik PLTS. Dalam lelang terbaru yang dibuka pada 1 Maret lalu, harga per killo Watt hour (kWh) bahkan ditekan hingga US$ 3,5 sen atau Rp 500 (dalam kurs Rupiah)
Baca Juga:
Ternyata Harga Asli BBM Pertalite Bukan Rp10.000 per Liter
"Tujuh tahun lalu ketika kami melelang energi surya, harganya US$ 25 sen. Pada tahun 2017 biaya berkurang menjadi hanya US$ 10 sen. Terbaru, ketika kami melakukan lelang itu hanya US$ 3,5 sen," ujarnya dalam seminar De-Dieselisasi sumber energi di Yogyakarta, Rabu (23/3/2022) mengutip CNBC Indonesia.
Ia menyebut harga baterai sebagai penyimpanan energi juga mengalami penurunan yang cukup pesat. Bahkan, harganya sudah turun hingga 80%. Ia menargetkan akan terus menurunkan harga baterai untuk membuat energi surya lebih terjangkau sehingga proses perpindahan Indonesia ke energi terbarukan terjadi lebih cepat.
"Di masa lalu, biaya penyimpanan baterai kira-kira US$ 50 sen. Hari ini US$ 13 sen per kWh tetapi jika kita melihat tren dari US$ 50 sen menjadi US$ 13 sen, ini adalah pengurangan 80% dalam rentang lima tahun."
Baca Juga:
Polda Sumut Raih Penghargaan Terbaik Kompolnas Awards 2024
"Dan kami mempertahankan tren dalam lima tahun ke depan pengurangan 80% akan menjadi US$ 4 atau US$ 5 sen. Itu yang kita sebut disruption technology," tambah pria kelahiran Magelang itu.
Lebih lanjut, Darmawan juga menargetkan akan menjangkau beberapa sumber energi terbarukan lainnya untuk lari dari emisi karbon. Ia menyebut ini juga bagian untuk mempertahankan ketahanan energi.
"Secara mulus, ini adalah langkah kecil tetapi lompatan besar yang membawa tidak hanya PLN tetapi juga bagi dunia dengan perubahan paradigma baru ke masa depan yang panjang, yakni kepada sistem rendah karbon," tandas Darmawan. [tum]