Said melanjutkan sebagian besar pembangkit listrik Indonesia dipenuhi dari batu bara. Seiring dengan itu, pasokan batu bara Indonesia sangat besar.
Dengan itu, nantinya ia berharap Indonesia tidak bergantung terhadap suplai impor layaknya minyak bumi.
Baca Juga:
Maraknya Penyalahgunaan Arus untuk 'Strum' Manusia, ALPERKLINAS Desak PLN Perketat Pengawasan
Ia menyebut dampak peralihan energi itu akan membuat Indonesia lebih mandiri. Secara perlahan Indonesia juga dapat melepaskan diri dari batubara dan mengganti pembangkit listrik kita menggunakan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
"Saat rapat antara Badan Anggaran DPR dengan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan sesungguhnya membicarakan agenda besar peralihan energi kita untuk menyehatkan APBN," klaim Said.
"Sayangnya yang digoreng di media sosial hanya penggalan kalimat saya terkait penghapusan daya listrik 450 VA untuk rumah tangga miskin. Pemenggalan ini melepaskan narasi besar dan konteksnya sehingga menimbulkan opini sesat di tengah rakyat," imbuhnya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: SLO Listrik, Benteng Terakhir Keselamatan Ketenagalistrikan
Lebih lanjut, Said mencatat sebanyak 9,55 juta Rumah Tangga (RT) berdaya listrik 450 VA masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Dengan demikian, terhadap kelompok RT seperti ini tentu saja tidak mungkin kebutuhan listrik dinaikkan dayanya menjadi 900 VA.
"Untuk makan saja susah dan kebutuhan listriknya rata rata hanya untuk penerangan dengan voltase rendah," kata dia.
Namun demikian, Said kemudian menyoroti terdapat 14,75 juta RT yang menggunakan daya listrik 450 VA namun tidak terdata dalam DTKS. Ia menyebut apabila hasil verifikasi faktual menunjukkan mereka bukan dari keluarga kemiskinan parah, maka kelompok RT seperti itu yang akan ditingkatkan dayanya ke 900 VA.