KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemadaman listrik sering datang tiba-tiba tanpa peringatan, dan dalam situasi darurat banyak orang cenderung mengambil langkah praktis yang justru berbahaya bagi rumah maupun keselamatan diri.
Menyikapi hal ini, Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada serta memahami hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika aliran listrik terputus.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Kinerja PLN atas Keandalan Listrik Saat Perayaan HUT RI
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, mengungkapkan bahwa dalam kondisi listrik padam, konsumen harus lebih mengutamakan keselamatan dibandingkan kenyamanan sesaat.
“Ketika listrik padam, yang paling penting bukan hanya menunggu listrik menyala kembali, tetapi bagaimana konsumen melindungi dirinya dan lingkungannya dari risiko yang justru lebih berbahaya,” ujar Tohom, Jumat (22/8/2025).
Ia merinci ada tujuh hal yang sebaiknya dihindari agar konsumen tidak terjebak dalam kerugian ganda.
Baca Juga:
Demi Hindari Bahaya dan Dukung Keandalan Listrik, ALPERKLINAS Imbau Masyarakat Jangan Main Layangan Dekat SUTET
Pertama, jangan sekali-kali menyalakan generator di dalam rumah atau di area tertutup seperti garasi. Menurut Tohom, gas buang generator mengandung karbon monoksida yang tidak berbau namun sangat mematikan.
“Generator harus ditempatkan di luar ruangan dengan jarak aman minimal enam meter dari rumah dan arah pembuangan gas menjauhi hunian,” tegasnya.
Kedua, jangan membiarkan barang elektronik tetap dalam posisi menyala. Tohom menjelaskan bahwa lonjakan listrik (surge) kerap terjadi saat aliran kembali normal.
“Lonjakan inilah yang bisa merusak perangkat elektronik Anda. Jadi pastikan cabut atau matikan semua perangkat agar aman,” katanya.
Ketiga, konsumen sebaiknya tidak sering membuka kulkas selama listrik padam.
“Setiap kali pintu kulkas terbuka, suhu naik dan makanan lebih cepat rusak. Jika listrik padam lama, risiko keracunan makanan meningkat,” ujar Tohom, sembari menyarankan agar makanan penting ditempatkan di bagian depan agar mudah dijangkau.
Keempat, jangan membiarkan lilin menyala tanpa pengawasan. Menurut Tohom, banyak kasus kebakaran rumah bermula dari lilin yang diletakkan sembarangan. “Alternatifnya, gunakan lampu darurat bertenaga baterai atau senter LED. Lebih aman, lebih terang, dan tahan lama,” sarannya.
Kelima, hindari mengisi daya perangkat langsung ke stop kontak ketika listrik padam.
“Begitu listrik kembali, tegangan yang melonjak bisa merusak ponsel atau laptop, bahkan memicu kebakaran kecil. Gunakan pelindung arus atau surge protector,” jelasnya.
Keenam, jangan menunda mengisi daya perangkat elektronik saat ada informasi potensi pemadaman.
Tohom mengingatkan, “Kalau sudah telanjur padam, Anda kehilangan akses komunikasi karena ponsel dan power bank mati. Ini berbahaya dalam situasi darurat.”
Ketujuh, jangan membiarkan pemutus arus (MCB) tetap menyala saat listrik padam. “Mematikan panel listrik adalah langkah pencegahan agar lonjakan daya tidak merusak instalasi rumah,” tegas Tohom.
Tohom yang juga Salah satu Pendiri Perkumpulan Perlindungan Konsumen Nasional (PPKN) ini menambahkan, masyarakat perlu mengubah pola pikir dari sekadar ‘bertahan’ menjadi ‘antisipatif’. “Keselamatan konsumen adalah yang utama.
Dengan pengetahuan sederhana, banyak musibah bisa dicegah. Jangan menunggu jadi korban untuk belajar,” ujarnya dengan nada mengingatkan.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya literasi konsumen di bidang kelistrikan.
“Banyak yang tahu cara menyalakan lilin atau menunggu listrik kembali, tetapi sedikit yang memahami risiko tersembunyi. Di sinilah perlunya edukasi berkelanjutan,” kata Tohom.
Sebelumnya, sejumlah ahli kelistrikan juga menegaskan bahwa lonjakan daya saat pemulihan listrik memang menjadi penyebab utama kerusakan peralatan rumah tangga.
Mereka merekomendasikan konsumen untuk memiliki perlindungan arus tambahan dan lampu darurat agar tidak bergantung pada lilin.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]