KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menyampaikan ide dan inovasi kreatif kepada pemerintah, khususnya di bidang kelistrikan.
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa keterlibatan publik tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi justru kunci dalam mempercepat transformasi energi yang lebih berkeadilan.
Baca Juga:
Berikut 9 Tips Aman dan Nyaman Bepergian Jauh Pakai Mobil Listrik
Menurut Tohom, masyarakat sering kali memiliki gagasan segar yang lahir dari kebutuhan riil di lapangan, mulai dari efisiensi penggunaan listrik rumah tangga, pemanfaatan energi terbarukan skala kecil, hingga model kolaborasi komunitas.
“Jika suara masyarakat hanya dianggap sebatas keluhan, maka kita kehilangan potensi besar untuk memperbaiki sistem kelistrikan nasional. Pemerintah harus lebih terbuka menampung kreativitas publik sebagai bagian dari solusi,” ujarnya, Senin (8/9/2025).
Ia menambahkan, dalam era transisi energi saat ini, ide-ide baru yang muncul dari masyarakat bisa menjadi alternatif di tengah keterbatasan sumber daya negara.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Dukungan Pemprov ke PLN untuk Penguatan Infrastruktur Kelistrikan Bali dengan Proyek Strategis Nasional
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan top-down. Justru bottom-up innovation yang datang dari warga, LSM, hingga komunitas energi lokal bisa menjadi katalis untuk mempercepat elektrifikasi dan ketahanan energi nasional,” kata Tohom.
Tohom yang juga Wakil Ketua Umum Komite Nasional LSM Indonesia (KN LSM Indonesia) ini menilai bahwa pemerintah sebaiknya menyiapkan mekanisme formal agar kreativitas masyarakat bisa terserap.
Misalnya melalui forum konsultasi energi, kompetisi inovasi, atau insentif regulasi.
“Kalau tidak ada kanal resmi, ide-ide itu akan hilang begitu saja. Padahal, inisiatif warga bisa melahirkan solusi murah, tepat guna, dan sesuai dengan kondisi lokal,” jelasnya.
Lebih jauh, Tohom menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan akademisi dan pelaku industri.
Ia menyebutkan bahwa konsep energi hijau tidak cukup hanya berbicara tentang panel surya, PLTS atap, atau mobil listrik.
“Kreativitas masyarakat sering kali lebih sederhana tapi berdampak nyata, misalnya pemanfaatan limbah organik sebagai sumber energi lokal. Itu harus dihargai dan didorong,” katanya.
Sebelumnya, sejumlah peneliti dari University of Turku, Finlandia, memperkenalkan teknologi baru berbasis ekstrak kulit bawang merah untuk meningkatkan ketahanan panel surya terhadap paparan sinar ultraviolet.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa sumber solusi energi berkelanjutan bisa berasal dari hal-hal sederhana di sekitar kita, dan sejalan dengan seruan ALPERKLINAS agar masyarakat diberikan ruang untuk berinovasi.
[Redaktur: Mega Puspita]