KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) mengapresiasi langkah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang menargetkan Indonesia sebagai pusat industri panel surya.
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menilai kebijakan ini merupakan strategi yang tepat untuk memanfaatkan kekayaan mineral dalam negeri demi kepentingan nasional.
Baca Juga:
Miliki 40% dari Potensi Energi Angin Nasional, ALPERKLINAS Apresiasi Rencana Investor Asal Vietnam, Vinfast Bangun Listrik Tenaga Bayu di Indonesia Timur: Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara
"Pasir kuarsa yang kita miliki dalam jumlah besar adalah modal utama untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri panel surya global.
Namun, hal ini harus dibarengi dengan kebijakan yang melindungi kepentingan nasional, termasuk dalam aspek hilirisasi dan nilai tambah bagi industri dalam negeri," ujar Tohom, Jumat (11/3/2025).
Menurutnya, pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan hilirisasi ini tidak hanya menguntungkan investor asing, tetapi juga mendorong pertumbuhan industri lokal.
Baca Juga:
Cegah Pemadaman di Wilayah Vital, ALPERKLINAS Desak Pemerintah Atur Pembatasan Bangunan di Areal Konstruksi PLN
"Kita jangan hanya menjadi pemasok bahan mentah. Hilirisasi harus dikelola dengan baik agar kita bisa membangun ekosistem industri solar panel yang berdaya saing tinggi," tegasnya.
Tohom yang juga Pengurus Fisuel Internasional Kawasan Asia-Pasifik menambahkan bahwa pengembangan industri panel surya harus didukung dengan kebijakan yang berpihak pada inovasi dan riset.
"Jangan sampai kita hanya membangun industri berbasis bahan baku, tapi juga harus menjadi pemain utama dalam inovasi teknologi solar panel. Ini kesempatan emas bagi Indonesia untuk mandiri dalam industri energi terbarukan," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya regulasi yang ketat dalam eksploitasi pasir kuarsa agar tidak merusak lingkungan.
"Pemerintah harus menerapkan aturan main yang jelas agar eksploitasi pasir kuarsa tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Keberlanjutan harus menjadi prioritas utama," kata Tohom.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pasir kuarsa telah ditetapkan sebagai mineral kritis dalam rencana percepatan hilirisasi nasional.
Dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Bahlil menyatakan bahwa pasir kuarsa akan menjadi komoditas strategis yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia di industri energi terbarukan.
Keputusan ini sejalan dengan Kepmen ESDM Nomor 69.K/MB.01/MEM.B/2024 yang menetapkan pasir kuarsa sebagai bagian dari 22 mineral strategis Indonesia.
Dengan sumber daya pasir kuarsa yang mencapai 25 miliar ton dan cadangan sebesar 330 juta ton yang tersebar di 23 provinsi, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri panel surya dunia.
[Redaktur: Mega Puspita]