“Untuk itu, kolaborasi dari top-down dan bottom-up sangat dibutuhkan untuk mendukung peningkatan daya saing human capital dalam melakukan transisi energi,” kata Filda.
Pemerintah telah meluncurkan Transisi Energi G-20 untuk menjembatani serta mendorong negara-negara maju dan negara-negara berkembang mempercepat peralihan energi fosil ke energi bersih.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Program Transisi Energi bersih ini dibuat dalam satu sistem energi global berkelanjutan sehingga menjadi daya ungkit untuk memperkuat sistem energi global.
Ada tiga faktor penunjang transisi energi, yaitu akses, teknologi, dan pendanaan. Dari ketiga fokus itu, G-20 diharapkan dapat mencapai kesepakatan bersama dalam mempercepat transisi energi global, sekaligus memperkuat sistem energi global berkelanjutan, tanpa mengesampingkan nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan. Data menunjukkan, negara-negara anggota G-20 berkontribusi sekitar 75% dari permintaan energi global. [jat]