Jumlah tersebut terdiri atas Rp 210,6 triliun untuk subsidi energi dan Rp 86,5 triliun untuk subsidi nonenergi.
Apabila diperinci, anggaran subsidi energi itu terdiri atas subsidi BBM tertentu dan LPG tabung 3 kg dalam RAPBN 2023 direncanakan sebesar Rp 138,3 triliun.
Baca Juga:
Menteri BUMN Erick Thohir Tanggapi Isu Pasangan Calon Nomor Urut 2
Jumlah tersebut turun 7,4 persen apabila dibandingkan dengan outlook tahun 2022 sebesar Rp 149,3 triliun. Mengecilnya anggaran subsidi energi memberi sinyal adanya kenaikan harga BBM pada tahun depan.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, pemerintah saat ini memang melakukan berbagai kajian dan evaluasi terkait harga BBM.
”Pemerintah sekarang dalam status sedang me-review kebutuhan akibat kenaikan harga BBM, baik dari segi volume maupun dari segi kebijakan selanjutnya,” ujarnya dalam konferensi pers kemarin.
Baca Juga:
Realisasi Subsidi Energi Tembus Rp157 Triliun, Tertinggi Sejak 2015
Kajian tersebut akan memperhitungkan berbagai variabel terkait. Terutama potensi kenaikan inflasi dan efek terhadap PDB di kemudian hari.
Jika nanti ada penyesuaian harga, Airlangga menyebutkan, pemerintah pasti memberikan kompensasi berupa program perlindungan sosial.
”Sekaligus saya jawab bahwa tentu kalau ada penyesuaian (harga), kita sedang kalkulasi kebutuhan-kebutuhan terkait kompensasi dalam berbagai program. Tentu programnya yang sedang berjalan,” tuturnya.