Sedangkan PLTA dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) akan bertambah 178 MW, serta pembangkit listrik tenaga bioenergi bertambah sebesar 5 MW.
Tak hanya menggencarkan pembangunan pembangkit EBT, PLN juga secara paralel menjalankan skenario mempensiunkan lebih awal (early retirement) PLTU secara bertahap hingga 2056 mendatang.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Tahap pertama, PLN akan mengurangi 5,5 GW PLTU hingga 2030 dan pada tahap kedua PLN akan mempensiunkan PLTU subcritical sebesar 10 GW pada 2040. Sedangkan pada 2050, PLN akan mengakhiri PLTU subcritical sebesar 18 GW dan supercritical 7 GW.
"Tahap terakhir pada tahun 2055, PLTU ultra-supercritical 10 GW dipensiunkan," ucap Darmawan.
Ia menegaskan, PLN menggantikan PLTU dengan pembangkit EBT. Peralihan pembangkit ini akan berkontribusi pada pengurangan emisi total sebesar 53 juta ton karbon dioksida.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Namun demikian, pengurangan emisi karbon tidak bisa menunggu seluruh PLTU pensiun. Maka, PLN dalam operasional PLTU juga menerapkan teknologi ramah lingkungan.
Darmawan menjelaskan, PLN menggunakan teknologi ultra-supercritical dan co-firing pada PLTU yang saat ini masih beroperasi.