Program co-firing ini merupakan upaya percepatan pencapaian target bauran EBT 23 persen tanpa harus membangun pembangkit baru dengan melakukan substitusi sebagian kebutuhan batu bara dengan biomassa di 52 PLTU.
Program co-firing menjadi salah satu langkah awal untuk pengurangan emisi. Hingga Februari 2022, program co-firing telah diterapkan di 28 PLTU dengan total energi hijau yang dihasilkan mencapai 96.061 MWh.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
“Kami juga menjalankan program dedieselisasi melalui konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di daerah remote dengan pembangkit listrik berbasis EBT melalui skema hybrid,” jelasnya.
Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi yaitu ekspansi gas, pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar, hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen.
PLN juga terus meningkatkan efisiensi energi dan menekan susut jaringan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
“Kami juga gencar mengkampanyekan electrifying lifestyle dengan mengajak masyakakat beralih ke peralatan berbasis listrik seperti kompor induksi hingga kendaraan listrik,” pungkas Darmawan. [jat]