Hageng menyebut, pemerintah Indonesia telah menyiapkan beberapa upaya untuk mendorong program transisi energi bersih guna mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Hingga 2021, lanjut dia, bauran energi masih di angka 11,5 persen atau sekitar 50 persen dari target.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Pengusaha Indonesia yang Dukung Energi Bersih Listrik Di Kawasan ASEAN
Untuk mendorong percepatan capaian energi terbarukan, ungkap Hageng, investasi diwujudkan dalam bentuk pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT).
Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), 3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), 18 unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM), PLT Bioenergi, PLT Tenaga Surya, dan PLTS Atap.
“Pada kondisi pandemi, investasi EBTKE kita masih bisa mendapatkan 1,51 Milyar US Dolar atau 74 persen dari target 2,04 Milyar US Dolar,” jelas Hageng.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Sebut Optimalisasi EBT Menghasilkan Dua Manfaat Besar, Energi Bersih dan Tenaga Kerja Baru
Hageng juga memastikan, Kantor Staf Presiden secara simultan berkoordinasi dan mendukung aktif kebijakan Kementerian ESDM dan PLN, dalam mendorong percepatan pembangunan pembangkit tenaga energi baru terbarukan.
“Dalam kaitan sebagai tuan rumah G20, KSP juga terlibat aktif setiap sesi summit terkait mekanisme transisi energi. Bapak Moeldoko selaku Kepala Staf Kepresidenan juga aktif mengampanyekan transportasi hijau melalui pengembangan kendaraan listrik,” pungkas Hageng. [jat]