Setahun kemudian serangan siber lain yang dikenal sebagai Industroyer mengambil alih listrik sekitar seperlima dari Kyiv, Ibu Kota Ukraina, selama sekitar satu jam. Akibat serangan ini, AS dan UE menyalahkan peretas militer Rusia.
NotPetya
Baca Juga:
China Tuduh AS Lancarkan Serangan Siber di Tengah Perang Dagang
NotPetya dianggap sebagai serangan siber paling mahal dalam sejarah. Bahkan otoritas AS, Inggris, dan Eropa menyalahkan sekelompok peretas militer Rusia atas serangan ini.
Diketahui NotPetya disembunyikan dalam pembaruan perangkat lunak akuntansi yang digunakan di Ukraina. Namun NotPetya menyebar ke seluruh dunia dan menghancurkan sistem komputer ribuan perusahaan serta menyebabkan kerusakan sekitar US$ 10 miliar (Rp143 triliun).
Sebulan sebelum peristiwa NotPetya, Korea Utara dituduh menyebabkan gangguan besar dengan serangan serupa. Dijuluki Worm WannaCry, virus ini mengacak data di sekitar 300.000 komputer pada 150 negara, yang menyebabkan layanan Kesehatan Nasional Inggris terpaksa membatalkan sejumlah besar janji temu medis.
Baca Juga:
Serangan Mengerikan di Yahukimo: 7 Tewas, Puluhan Penambang Masih Terjebak di Hutan
Namun, ilmuwan komputer dari University of Surrey Prof Alan Woodward mengatakan serangan semacam itu juga membawa risiko bagi Rusia.
"Jenis peretasan yang tidak terkendali ini lebih seperti perang biologis, karena sangat sulit untuk menargetkan infrastruktur kritis tertentu di tempat-tempat tertentu. WannaCry dan NotPetya juga melihat korban di Rusia," ujar Woodward dikutip, Sabtu (26/3/2022).
Colonial Pipeline