KonsumenListrik, Jakarta – Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) mengungkapkan bahwa optimalisasi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia memberikan dua manfaat besar sekaligus, yakni menciptakan energi bersih dan membuka peluang tenaga kerja baru.
Menurut Ketua Umum Alperklinas, KRT Tohom Purba, pengembangan EBT sejalan dengan upaya pemerintah untuk mewujudkan transisi energi yang ramah lingkungan sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emission pada tahun 2060.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Himbau Konsumen Manfaatkan Diskon Token Listrik: Beli Rp100.000, Bayarnya Cuma Rp50.000
“Optimalisasi EBT tidak hanya mengurangi ketergantungan pada energi fosil, tetapi juga membuka peluang besar untuk menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi hijau,” kata Tohom kepada WahanaNews.co, Jumat (20/12/2024) di Jakarta.
Ia menambahkan, investasi dalam infrastruktur EBT seperti pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan biomassa membutuhkan tenaga kerja mulai dari tahap konstruksi hingga operasional. Hal ini, menurutnya, memberikan dampak positif pada perekonomian lokal di berbagai wilayah.
“Keberadaan proyek-proyek EBT di daerah juga memberikan dampak langsung pada pengembangan ekonomi masyarakat sekitar. Selain menciptakan lapangan kerja, masyarakat mendapat akses energi listrik yang lebih andal dan berkelanjutan,” jelas pria yang juga Ketua Umum Pemerhati Perusahaan Listrik Negara (PLN Watch) itu.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Tanpa Hemat, Indonesia Tidak Akan Bisa Swasembada Energi
ALPERKLINAS juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mendukung pengembangan EBT. Menurut Tohom Purba, kebijakan pemerintah yang berpihak pada pengembangan energi hijau, seperti insentif pajak dan kemudahan perizinan, akan menjadi katalisator utama dalam mendorong investasi di sektor ini.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) hingga Desember 2024 sudah mencapai 547,41 megawatt (MW). Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan bahwa berkat penambahan tersebut, saat ini Indonesia memiliki total kapasitas terpasang listrik bersih sebesar 14,11 gigawatt (GW).
"Tambahan pembangkit energi baru terbarukan ini sebesar 547,4 MW. Sehingga total kapasitas pembangkit EBT saat ini mencapai 14,1 GW," kata Eniya dalam acara Malam Apresiasi Kinerja Stakeholder EBTKE Tahun 2024, Selasa (17/12/2024).
Menurutnya, dari capaian pembangunan energi bersih tersebut, realisasi investasi EBT sepanjang 2024 ini mencapai US$ 1,49 miliar atau Rp 23,13 triliun (kurs Rp 15.530 per dolar AS). Dari realisasi itu, industri energi bersih berhasil menciptakan sekitar 13.285 pekerjaan baru.
"Dengan adanya capaian tersebut, kita bisa mendapatkan ciptaan lapangan kerja baru sebesar 13.200 green jobs. Ini capaian kita semua, dan realisasi investasi adalah sebesar US$ 1,49 miliar," jelasnya.
Selain itu, Kementerian ESDM juga mencatat adanya peningkatan realisasi investasi di sektor energi bersih berkat munculnya Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 11 Tahun 2024 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.
Dalam hal ini, Eniya menuturkan Permen tersebut telah menarik investasi mencapai US$ 609 juta atau Rp 9,45 triliun, khususnya untuk pelaksanaan proyek PLTP dan PLTS.
"Permen 11 tahun 2024. Ini mendobrak, dalam beberapa minggu ini mendobrak proyek PLTP dan PLTS yang Alhamdulillah sudah berkontrak dengan adanya de-bottlenecking dari Permen 11 tahun 2024. Investasi mencapai US$ 609 juta," tutur Eniya.
ALPERKLINAS menyatakan bahwa langkah-langkah ini menunjukkan potensi besar Indonesia dalam mengoptimalkan energi hijau. “Dengan potensi sumber daya yang melimpah, seperti energi surya, angin, dan biomassa, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pemain utama dalam energi hijau di tingkat global. Namun, hal ini memerlukan komitmen yang kuat dari semua pihak,” tutup Tohom Purba.
Optimalisasi EBT diyakini dapat menjadi langkah strategis untuk menjawab tantangan global terkait perubahan iklim sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja baru. Dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Indonesia diharapkan mampu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]