WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kontribusi besar dari pelanggan rumah tangga terhadap pendapatan PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur menuai apresiasi dari Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS).
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menilai capaian ini menunjukkan peran vital sektor rumah tangga dalam menjaga keberlangsungan usaha PLN sekaligus menandai kebangkitan konsumsi listrik masyarakat sebagai indikator pemulihan ekonomi yang nyata.
Baca Juga:
Kurangi Emisi Karbon, ALPERKLINAS Apresiasi Kerjasama PLN dan Pemprov Banten Sosialisasi Pemakaian Kompor Induksi pada Konsumen
PLN UID Jawa Timur mencatat penjualan listrik sebesar 22,69 TWh sepanjang semester I tahun 2025, tumbuh 5,16 persen secara tahunan.
Dari total tersebut, segmen rumah tangga menjadi penyumbang terbesar, yakni 9,03 TWh atau setara 39,8 persen.
Disusul oleh pelanggan industri sebesar 8,89 TWh atau 39,17 persen. Sementara sisanya berasal dari sektor sosial, pemerintahan, industri kecil, dan layanan umum.
Baca Juga:
Target Tol Ramah Lingkungan, ALPERKLINAS Apresiasi PT Adhi Karya Pasang 'Pohon' Penghasil Listrik di Jalan Tol Probo-Wangi
KRT Tohom Purba menyatakan, “Segmen rumah tangga kini menjadi tulang punggung pemasukan PLN di Jawa Timur. Ini bukan hanya pencapaian korporasi, tetapi juga cerminan meningkatnya aktivitas domestik dan digitalisasi gaya hidup masyarakat.”
Menurut Tohom, keberhasilan PLN Jatim tak bisa dilepaskan dari kombinasi strategi pemasaran yang progresif dan program insentif yang menyentuh kebutuhan konsumen langsung.
Ia menyoroti efektivitas program Diskon Tambah Daya yang digelar sepanjang semester I 2025 sebagai kebijakan yang sangat pro-konsumen.
“Program ini merupakan bukti konkret bahwa insentif yang tepat dapat mendorong partisipasi konsumen dalam meningkatkan konsumsi listrik secara sehat. Masyarakat diberi akses tambah daya dengan biaya lebih ringan, dan dampaknya langsung terasa pada peningkatan penjualan listrik PLN,” ungkapnya.
Tohom juga menilai program elektrifikasi yang digenjot PLN seperti electrifying lifestyle, electrifying agriculture, serta akuisisi captive power dari industri sebagai langkah yang patut dilanjutkan dan diperluas ke daerah-daerah lain.
“Program seperti electrifying agriculture itu menyentuh langsung kebutuhan petani dan pelaku usaha desa. Ini strategi elektrifikasi berbasis kerakyatan,” ujarnya.
Tohom yang juga Ketua Umum Pemerhati Perusahaan Listrik Negara (PLN Watch) ini menambahkan bahwa pola konsumsi rumah tangga yang meningkat justru bisa menjadi sinyal awal munculnya smart household di Indonesia.
Ia mengingatkan bahwa peningkatan konsumsi harus dibarengi dengan kampanye efisiensi dan edukasi pemanfaatan energi listrik yang tepat guna.
“PLN harus menyiapkan ekosistem layanan yang terintegrasi, dari sisi tarif, sistem pengaduan pelanggan, hingga pelayanan digital yang responsif. Jangan sampai lonjakan konsumsi ini malah dibarengi keluhan pelanggan karena overload atau lambat tanggap,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kepercayaan publik terhadap PLN sebagai perusahaan negara yang menguasai hajat hidup orang banyak.
“Tugas kita bersama, termasuk sebagai lembaga pengawas konsumen, adalah memastikan bahwa pertumbuhan penjualan ini bukan sekadar angka, tapi juga mencerminkan peningkatan kualitas layanan,” pungkasnya.
Sebelumnya, General Manager PLN UID Jawa Timur Ahmad Mustaqir mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan listrik ini merupakan hasil dari upaya intensifikasi dan ekstensifikasi penjualan melalui sejumlah program strategis.
“Ini menjadi indikator penting bahwa aktivitas ekonomi, industri, dan produktivitas masyarakat terus bergerak ke arah yang lebih baik,” kata Mustaqir.
Hingga Juli 2025, PLN juga telah menyambung 137 pelanggan tegangan menengah dari berbagai sektor dengan total daya mencapai 158,80 MVA.
Capaian tersebut semakin memperkuat posisi Jawa Timur sebagai salah satu wilayah dengan pertumbuhan konsumsi listrik tertinggi di Indonesia.
[Redaktur: Mega Puspita]