"Balance (keseimbangan) dari pada listrik yang diproduksi oleh batu bara dan lain-lain dan listrik yang diproduksi oleh angin, matahari, air, geotermal menjadi keharusan. Memang Ini yang kita lakukan buat anak cucu kita di masa depan," ujar Erick.
Di tempat yang sama, Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro mengungkapkan PLTB akan dikembangkan di pantai selatan Banten dan Sumba, NTT.
Baca Juga:
Darmawan Prasodjo Sebut Pembangkit Listrik Tenaga Angin Bisa Dibangun di Pantura
"Untuk kapasitasnya cukup beragam, 5-10 megawatt di Sumba, yang di Banten ratusan megawatt," kata Dannif.
Pada 30 Agustus lalu, Pertamina menandatangani joint study agreement (JSA) untuk proyek lepas pantai di Banten.
Selain itu, Pertamina NRE juga sedang menyelesaikan joint development agreement pada Onshore Sumba Project.
Baca Juga:
PLN Grup Bawa Komitmen Investasi Kelistrikan dari Indonesia-China Business Forum
Sementara itu, Direktur Jenderal Kerja Sama Ekonomi Kementerian Luar Negeri Belanda Peter Potman mengungkapkan pengembangan energi hijau tak hanya untuk menanggulangi perubahan iklim, tetapi juga untuk krisis energi di tengah Perang Rusia-Ukraina.
"Ini juga sebagai peran Indonesia dalam menyediakan energi bersih untuk masa depan," ujarnya.
Potensi energi angin di Indonesia sendiri cukup besar. Mengutip keterangan resmi Pertamina, kajian Badan LItbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan sejumlah lokasi potensial untuk pengembangan PLTB beberapa di antaranya pesisir selatan Jawa, Sulawesi Selatan, dan Maluku.