Konsumenlistrik.WahanaNews.co | PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) menjajaki pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) yang terintegrasi dengan hidrogen hijau dan menggandeng konsultan asal Belanda, Pondera.
Hidrogen hijau sendiri merupakan salah sumber energi ramah lingkungan.
Baca Juga:
Darmawan Prasodjo Sebut Pembangkit Listrik Tenaga Angin Bisa Dibangun di Pantura
Saat berkunjung ke Windpark Noordoostpolder di Flevoland, Belanda, Jumat (2/9) waktu setempat, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan pemerintah akan terus meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai bagian dari transisi energi.
"Pertamina bersama Pondera bekerja sama akan membuat windmill (kincir angin) untuk pembangkit tenaga angin tetapi diprioritaskan untuk menciptakan green hydrogen (hidrogen hijau)," ujar Erick.
Langkah ini, menurut Erick, merupakan upaya transisi sebelum akhirnya kapasitas listrik tambahan diperlukan. Usai pandemi Covid-19, kapasitas listrik Indonesia masih surplus 15 GW.
Baca Juga:
PLN Grup Bawa Komitmen Investasi Kelistrikan dari Indonesia-China Business Forum
"Tidak perlu takut, pertumbuhan ekonomi Indonesia itu 5,44 persen persen sekarang dan masih akan terus tumbuh sampai 2045. Artinya, kebutuhan listrik pasti diperlukan," ujarnya.
Ke depan, Erick ingin porsi listrik yang diproduksi oleh energi fosil dengan EBT bisa seimbang secara bertahap.
Direktur Jenderal Kerja Sama Ekonomi Kementerian Luar Negeri Belanda Peter Potman (kiri) dan Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro (kanan), saat ditemui di Windpark Noordoostpolder di Flevoland, Belanda, Jumat (2/9). (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
"Balance (keseimbangan) dari pada listrik yang diproduksi oleh batu bara dan lain-lain dan listrik yang diproduksi oleh angin, matahari, air, geotermal menjadi keharusan. Memang Ini yang kita lakukan buat anak cucu kita di masa depan," ujar Erick.
Di tempat yang sama, Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro mengungkapkan PLTB akan dikembangkan di pantai selatan Banten dan Sumba, NTT.
"Untuk kapasitasnya cukup beragam, 5-10 megawatt di Sumba, yang di Banten ratusan megawatt," kata Dannif.
Pada 30 Agustus lalu, Pertamina menandatangani joint study agreement (JSA) untuk proyek lepas pantai di Banten.
Selain itu, Pertamina NRE juga sedang menyelesaikan joint development agreement pada Onshore Sumba Project.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kerja Sama Ekonomi Kementerian Luar Negeri Belanda Peter Potman mengungkapkan pengembangan energi hijau tak hanya untuk menanggulangi perubahan iklim, tetapi juga untuk krisis energi di tengah Perang Rusia-Ukraina.
"Ini juga sebagai peran Indonesia dalam menyediakan energi bersih untuk masa depan," ujarnya.
Potensi energi angin di Indonesia sendiri cukup besar. Mengutip keterangan resmi Pertamina, kajian Badan LItbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan sejumlah lokasi potensial untuk pengembangan PLTB beberapa di antaranya pesisir selatan Jawa, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Pada periode Juni-Agustus rata-rata kecepatan anginnya 8 meter per detik.
Berdasarkan Bauran Energi Nasional (BEN), pemerintah menargetkan kapasitas PLTB mencapai 255 MW pada 2025. Namun, saat ini, baru dua PLTB yang beroperasi di Indonesia yaitu PLTB Sidrap berkapasitas 75 MW dan PLTB Jeneponto berkapasitas 60 MW. [tum]