Konsumenlistrik.WahanaNews.co | Tak hanya VW, investasi baterai mobil listrik dari Tesla juga masih diproses.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan mengatakan pemerintah saat ini masih memproses rencana investasi baterai untuk mobil listrik dari produsen otomotif asal Jerman, Volkswagen.
Baca Juga:
Inovasi dari Bekasi, Inilah Baterai Mobil Listrik dengan Harga Tak Terduga
"Terakhir adalah yang ditemui oleh Presiden Jokowi di Amerika itu Tesla. Itu semua sedang berproses. Prosesnya untuk sampai merealisasikan investasi di bidang baterai maupun mobil listrik cukup panjang," kata Indra dalam Webinar Ambisi Indonesia Kembangkan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik, Rabu (29/6/2022).
Dia menjelaskan, berdasarkan pengalaman investasi LG Energy Solution, tidak kurang dari 25 kali negosiasi dilakukan. Meliputi perubahan Memorandum of Understanding (MoU) dan draf perjanjian sebelum akhirnya kesepakatan tercapai.
"Itu juga melibatkan 7 sampai 8 kali pulang-pergi Jakarta-Seoul hanya untuk merealisasikannya. Jadi cukup tough, cukup cepat juga negosiasinya sampai akhirnya mereka merealisasikannya," jelas dia.
Baca Juga:
RI Bakal Diincar Dunia di 2040, Ini Alasannya
Hal ini pun menjadi pertanyaan. Pasalnya, pada akhir tahun lalu, Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan VW sudah berminat melakukan investasi di Indonesia. Menurut dia, VW sudah mengkonfirmasi untuk masuk ke Indonesia dan menjadi bagian dari rantai pasok baterai mobil listrik.
"Kemarin saya baru pulang dari Jerman, bicara dengan Volkswagen dan BASF, mereka confirm masuk ke Indonesia dan menjadi bagian rantai pasok untuk baterai mobil listrik," papar Bahlil.
Sementara itu, perusahaan asing yang baru-baru ini membahas tindak lanjut nota kesepahaman mengenai rencana investasinya di Indonesia adalah Foxconn. Nilai rencana investasi Foxconn mencapai US$ 8 miliar atau setara Rp 118, 4 triliun (kurs Rp 14.800). Investasi ini diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sejumlah lebih dari 10.000 orang.