Aksi korporasi yang dilakukan pada lembaga keuangan itu justru membuat pasar kian optimis karena keberpihakan terhadap UMKM yang justru menjadi masa depan bagi para nasabah BRI, sehingga rights issue bisa mencapai Rp96 triliun, yang menjadi terbesar di Asia Tenggara, nomor dua di Asia, dan nomor tujuh di dunia.
Erick mengatakan strategi aksi korporasi menjadi kesempatan baru bagi PLN dalam mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan energi terbarukan tanpa harus menambah utang perseroan.
Baca Juga:
Semangat Hari Pahlawan, PLN Luncurkan Program “Power Hero”, Beri Diskon 50% Tambah Daya
"Tentu konsolidasi subholding power atau pembangkit ini nanti mengonsolidasikan yang semua ada hubungan dengan turunan power plant, salah satunya PLN Batubara, ya, bisa saja dimerger atau ditutup," jelasnya.
Erick menargetkan transformasi di tubuh PLN ini bisa rampung pada 2022. Dia mengatakan enam bulan sebelum akhir tahun akan diadakan virtual holding, seperti yang pernah dilakukan pemerintah kepada PT Pelindo dan PT Pertamina beberapa waktu lalu.
"Full transisi kami harapkan 2025, kalau bisa lebih cepat 2024," pungkas Erick.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Pemerintah Beri PLN Kewenangam Kelola Ekspor-Impor Listrik Demi Tingkatkan Efisiensi dan Keamanan Energi
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyambut baik dukungan pemerintah terhadap PLN untuk mengembangkan energi terbarukan melalui pembentukan holding dan subholding tersebut.
Dia menegaskan bahwa transformasi yang sekarang sedang dilakukan oleh PLN bukan untuk liberalisasi sektor ketenagalistrikan nasional.