Konsumenlistrik.com | PT PLN (Persero) berencana mengonversi 499 Mega Watt (MW) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
Dengan konversi pembangkit berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut, maka PLN akan mengurangi konsumsi BBM sebesar 67 ribu kilo liter (kl).
Baca Juga:
Transisi Energi, PLN Siap Terapkan Dedieselisasi Pembangkit Berskala Kecil
Hal tersebut diungkapkan Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, dalam seminar 'Renewable Energy Technology as Driver for Indonesia's De-Dieselization' yang merupakan rangkaian dari Sidang Energy Transition Working Group (ETWG) dalam rangka Presidensi G20 di Yogyakarta, Rabu (23/03/2022).
Wiluyo mengatakan, konversi PLTD ke pembangkit berbasis EBT ini merupakan bagian dari program dedieselisasi (pengurangan pemakaian diesel/ BBM) pembangkit listrik PLN. Dia menyebut, ini sebagai bentuk komitmen PLN dalam mendukung program dekarbonisasi pemerintah untuk mencapai netral karbon atau net zero emission pada 2060.
"Diharapkan dengan program konversi PLTD dengan total 499 MW ke EBT ini dapat menurunkan pemakaian BBM sebesar 67 ribu kl, menurunkan emisi CO2 sebesar 0,3 juta ton CO2e, serta menigkatkan bauran energi EBT sebesar 0,15%," tuturnya.
Baca Juga:
Transisi Energi, PLN Siap Terapkan Dedieselisasi Pembangkit Berskala Kecil
Dia mengatakan, saat ini PLN memiliki PLTD mencapai 5.200 unit tersebar di 2.130 lokasi, yang rata-rata berada di daerah terpencil (isolated). Pada 2020, konsumsi BBM untuk PLTD mencapai 2,7 juta kl atau setara dengan Rp 16 triliun.
Untuk menekan konsumsi BBM dan mendukung capaian netral karbon yang ditetapkan pemerintah, PLN pun mulai mengembangkan program dedieselisasi ini sejak pertengahan 2020, dan mulai memetakan dan melakukan analisis geospasial pada November 2020.
Setelah itu, PLN juga melakukan studi detail untuk mengoptimalkan permintaan, sumber daya, dan project cost benefit proyek tersebut.
"PLN sudah membuka pendaftaran DPT untuk program de-dieselisasi sejak akhir tahun 2020 dan pada tanggal 1 Maret 2022 memgumumkan pembukaan lelang dedieselisasi untuk klaster Jawa-Madura dan Kalimantan I," tuturnya.
Dia juga menyebut, dalam jangka menengah, PLN juga berkomitmen untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025.
"Pengembangan EBT yang dilakukan PLN tentunya dengan tetap mengedepanakan keseimbangan supply dan demand tenaga listrik, ketersediaan sumber EBT di daerah setempat, keandalan, keberlanjutan dan keekonomian proyek EBT," tuturnya.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga 2030, target pembangunan EBT PLN mencapai 51,6% atau sebesar 20,9 Giga Watt (GW) pembangkit baru EBT yang antara lain terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 10,4 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 3,4 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 4,7 GW and pembangkit EBT lainnya 2,5 GW.
"Pengembangan 4,7 GW Solar Power (PLTS) sendiri sudah termasuk di dalamnya program konversi PLTD ke PLTS secara hybrid," imbuhnya. [tum]