Konsumen.WahanaNews.co | Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan setidaknya terdapat lima pembangkit listrik baru yang akan memasuki sistem ketenagalistrikan PLN dalam waktu lima tahun ke depan. Sementara kondisi kelistrikan PLN saat ini tengah mengalami over suplai.
PT PLN (Persero) menyampaikan bahwa pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang cukup menantang. Apalagi di tengah upaya pengurangan emisi, terdapat proyek PLTU batu bara baru yang segera masuk dalam sistem ketenagalistrikan PLN.
Baca Juga:
Hadir Pada General Annual Meeting di Dakar Senegal Tahun 2014, Awal Bergabungnya ALPERKLINAS Ke FISUEL International
Dalam kondisi tersebut perusahaan kata dia telah mengupayakan berbagai cara. Salah satunya yakni membatalkan kontrak tanda tangan jual beli listrik (Power Purchasment Agreement/PPA) sebesar 1,4 gigawatt (GW) dengan para pengembang swasta atau independent power producer (IPP).
"Akhir bulan saya mengirim surat pembatalan perjanjian pembelian listrik 1,4 GW PLTU batu bara, meskipun PPA sudah ada satu tahun sebelumnya kami bernegosiasi dengan IPP seandainya PPA tidak dapat dihentikan akan berjalan terus sekalipun mereka belum mencapai financial closing, namun kami dapat mengubah PPA," kata dia dalam diskusi Sustainable Finance For Climate Transition, Kamis (14/7/2022).
Adapun, rencana PLN dalam pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) telah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Dalam RUPTL Green ini, porsi penambahan pembangkit listrik berbasis EBT sekitar 51,6 persen hingga 2030.
Baca Juga:
Dukung Sektor Pariwisata, PLN Distribusi Jakarta Listriki Hotel Travello
Tahun lalu, PLN telah membangun pembangkit EBT sebesar 623 megawatt (MW) yang mayoritas adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Menurut Darmawan, pada 2022 PLN akan menambah kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 228 MW.
Adapun rinciannya yakni, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) akan beroperasi 45 MW, PLTA dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) akan bertambah 178 MW, dan pembangkit listrik tenaga bioenergi sebesar 5 MW.
Selain mempensiunkan PLTU, PLN juga menggunakan teknologi ultra-supercritical dan co-firing pada PLTU yang saat ini masih beroperasi. Adapun, co-firing ini akan diterapkan di 52 PLTU.
Darmawan mengatakan, PLN juga menjalankan program dedieselisasi melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di daerah remote dengan pembangkit listrik berbasis EBT melalui skema hybrid.
Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi yaitu ekspansi gas, pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar, hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen. PLN juga terus meningkatkan efisiensi energi dan menekan susut jaringan. [tum]