Konsumenlistrik.com | Per 1 Februari 2022 larangan ekspor batu bara resmi dicabut pemerintah.
Hal ini membawa dampak positif bagi produsen batu bara tanah air.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Dengan begitu produsen kini bisa mengekspor emas hitam ke berbagai negara, seiring dengan tingginya kebutuhan komoditas ini.
Salah satu produsen yang bersiap melakukan ekspor setelah larangan dicabut, yakni emiten PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Perusahaan ini telah mendapat banyak pesanan batu bara bahkan sebelum larangan ekspor resmi dicabut pemerintah.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava berkata, perusahaan sudah mulai mengekspor batu bara sejak dua pekan lalu.
Ekspor bisa dilakukan BUMI karena perusahaan ini sudah memenuhi ketentuan penjualan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO).
'Ekspor sudah dimulai sekitar dua minggu yang lalu. Pasar ekspor tradisional kami ada di Asia terutama Cina, India, Jepang, Taiwan, Korea, Filipina, Vietnam, Malaysia dan beberapa negara lain," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, Kamis (3/2/2022).
Meski kebanjiran permintaan batu bara dari luar negeri, Dileep menegaskan, perusahaan berkomitmen mengutamakan penjualan komoditas ini untuk kebutuhan di Indonesia.
Dia mengatakan, ekspor hanya akan dilakukan Bumi Resources setelah berhasil memenuhi kebutuhan pasokan untuk dalam negeri termasuk bagi pembangkit listrik yang dikelola PT PLN (Persero).
"Kami memprioritaskan penjualan domestik dibanding ekspor, dengan rata-rata 65% - 70% batu bara di ekspor, dan 30% - 35% untuk suplai dalam negeri termasuk PLN. Tantangan kami kini adalah curah hujan tinggi yang diprediksi akan terjadi hingga bulan ini. Kondisi tersebut berpotensi mengganggu produksi batu bara," katanya.
Pada 2022 ini Bumi Resources menargetkan produksi batu bara akan mencapai 85 - 90 juta ton. Sepanjang 2021, produksi batu bara Bumi Resources mencapai 78 - 80 juta ton.
Ekspor batu bara dari Indonesia kerap dinanti banyak negara demi memenuhi kebutuhan dunia terhadap komoditas ini. Apalagi, saat ini kebutuhan batu bara dunia diprediksi meningkat seiring terjadinya pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Organisasi Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan batu bara pada 2021 tumbuh 6% menjadi 7.9 miliar ton. Pada 2022, permintaan batu bara diprediksi akan menyentuh rekor tertinggi setelah sebelumnya terjadi pada 2013 dan 2014.
Sebagian besar peningkatan konsumsi batu bara pada 2021 berasal dari tiga negara yaitu China, India, dan Amerika Serikat (AS). Penggunaan batu bara ketiga negara tersebut melesat karena pembangkit listrik meningkat signifikan.
Konsumsi batubara China diperkirakan naik 159 juta ton (+4%). Sementara permintaan naik 125 juta ton (+13%) di India dan 74 juta ton (+17%) di AS. Konsumsi batubara pada 2021 juga diperkirakan pulih di kawasan lain, termasuk Uni Eropa yang naik 45 juta ton dan Asia Tenggara naik 14 juta ton. Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, China menjadi negara konsumen batu bara terbesar di dunia pada 2020.
Konsumsi batu bara negara itu setara 54,3% dari total penggunaan batu bara di dunia. Menyusul China, ada India yang konsumsi batu baranya setara 11,6% pemakaian global. Konsumsi batu bara di AS setara 6,1% pemakaian global dan menempatkan negara itu di urutan ketiga. [tum]