Tohom juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan visioner dan kolaboratif.
“Kita jangan terjebak pada pola lama. Program sorgum harus dirancang sebagai ekosistem: ada offtaker yang jelas, pendampingan budidaya, skema pembiayaan murah, dan pelatihan hilirisasi. Dengan begitu petani merasa dihargai, dan PLN memperoleh pasokan biomassa yang stabil,” ungkapnya.
Baca Juga:
Perkuat Pariwisata Berbasis Energi Hijau, MARTABAT Prabowo–Gibran Sambut Penguatan Danau Toba 2026 sebagai DPSP
Menurutnya, pemberdayaan petani melalui sorgum harus dipandang sebagai investasi sosial.
“Kalau energi bersih bisa berjalan berdampingan dengan kedaulatan pangan, maka Indonesia memiliki dua keuntungan strategis sekaligus. Itu baru namanya pembangunan yang visioner,” tegas Tohom.
Ia pun mendorong PLN untuk memperluas kemitraan di berbagai daerah.
Baca Juga:
Dorong Transformasi Pariwisata Berkelanjutan, MARTABAT Prabowo-Gibran Nilai Penguatan Danau Toba 2026 Sebagai Lompatan Visi Indonesia Emas
“Potensi lahan kering kita terbentang luas. Dengan inovasi dan pendataan yang tepat, budidaya sorgum bisa menjadi gerakan nasional yang mengubah wajah ekonomi desa, sambil memperkuat ketahanan energi,” ucapnya.
Sebelumnya, PLN Indonesia Power (PLN IP) melalui UBP Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu melakukan penanaman sorgum di Kampung Cipatuguran, Sukabumi, guna mendukung pemanfaatan energi hijau, ketahanan pangan, dan ekonomi kerakyatan.
“Ini adalah gerakan transformatif yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat Sukabumi dan lingkungan, ” kata Direktur Utama PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta.