KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO - Insiden kebakaran hebat yang melanda Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuan Angin di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, akibat sambaran petir belum lama ini, kembali menyingkap celah krusial dalam sistem perlindungan infrastruktur vital kelistrikan nasional.
Menyikapi kejadian tersebut, Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) mendesak pemerintah dan PLN untuk segera melakukan pemasangan sistem penangkal petir di seluruh pembangkit listrik di Indonesia tanpa terkecuali.
Baca Juga:
Cegah 'Blackout' Terulang, ALPERKLINAS Apresiasi PLN Tambah 250 MW Ke Sistem Kelistrikan Bali Sampai Akhir 2025
“Petir adalah ancaman nyata bagi instalasi kelistrikan. Selain karena cuaca ekstrem, ini juga kelalaian dalam memitigasi risiko yang seharusnya bisa diantisipasi dengan teknologi sederhana seperti sistem proteksi petir,” tegas Ketua Umum Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS), KRT Tohom Purba, pada Konsumen Listrik, Rabu (14/5/2025).
Tohom menilai bahwa insiden di PLTU Labuan Angin harus menjadi peringatan keras, bukan sekadar catatan rutin yang disikapi secara administratif.
Ia mengkritisi pendekatan reaktif yang dilakukan pasca-insiden tanpa adanya langkah sistematis untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Baca Juga:
Keandalan Listrik Bali Kelas Dunia dan Jarang Alami Gangguan, ALPERKLINAS Sebut 'Blackout Listrik Bali' Bukan Human Error
“PLTU, PLTA, PLTG, bahkan PLTS semuanya adalah objek vital negara. Ketika satu saja terganggu, maka risiko sistemik bisa menyebar. Untung kali ini tidak ada pemadaman massal, tapi sampai kapan kita mengandalkan keberuntungan?” katanya dengan nada retoris.
Menurut Tohom, pemasangan sistem anti-petir—termasuk early streamer emission lightning protection system, grounding yang memadai, dan surge arrester—harus dijadikan standar nasional dalam pengelolaan aset kelistrikan.
Ia mendesak agar pemerintah membuat regulasi khusus yang mewajibkan audit berkala terhadap sistem proteksi petir di semua instalasi listrik strategis.
“Ini menyangkut ketahanan energi nasional. Jika instalasi pembangkit masih rentan terhadap faktor cuaca, tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan visi besar seperti transisi ke energi hijau dan digitalisasi industri. Keamanan fisik infrastruktur kelistrikan perlu menjadi prioritas utama sebagai fondasi dari seluruh rencana jangka panjang sektor energi,” ujar Tohom.
Tohom yang juga Mantan Ketua Badan Pembina Perkumpulan Konsuil ini mengatakan bahwa pembangkit listrik tidak boleh lagi dianggap semata-mata sebagai sarana produksi energi, melainkan sebagai objek strategis yang memerlukan perlindungan berlapis dari risiko teknis dan bencana alam.
“Sertifikasi instalasi dan audit proteksi petir harus dilakukan oleh lembaga independen yang kompeten,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Tohom juga mendorong agar PLN dapat membuka ruang kolaborasi yang lebih luas dengan lembaga perlindungan konsumen serta para pakar kelistrikan, khususnya dalam proses perencanaan dan pemeliharaan pembangkit listrik.
Ia menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan risiko teknis, guna memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem kelistrikan nasional.
“Masyarakat berhak memperoleh kepastian bahwa instalasi pembangkit listrik yang menopang kehidupan mereka telah dikelola secara aman dan andal. Upaya preventif tentu jauh lebih bijaksana dibandingkan harus bereaksi setelah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PLN Indonesia Power, Agung Siswanto, menyatakan bahwa kebakaran di PLTU Labuan Angin tidak berdampak pada sistem kelistrikan secara keseluruhan.
Ia memastikan tidak ada pemadaman dan sistem tetap berjalan normal.
“Kejadian ini tidak mempengaruhi pelayanan kelistrikan PLN dan tidak menyebabkan pemadaman pada sistem kelistrikan,” kata Agung dalam keterangan tertulisnya
Menurut Agung, kebakaran yang terjadi pada Kamis (8/5/2025) sekitar pukul 21.30 WIB dipicu oleh sambaran petir berintensitas tinggi.
Ia menjelaskan bahwa saat ini tim teknis sedang membersihkan area terdampak dan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh peralatan pembangkit untuk memastikan operasional yang aman dan andal.
Agung menegaskan bahwa prosedur tanggap darurat telah dijalankan secara cepat dan tepat, serta tidak ada korban jiwa maupun luka-luka dalam insiden tersebut.
[Redaktur: Mega Puspita]