Lebih jauh, Tohom yang juga Putra Desa Karing, Kabupaten Dairi ini menyoroti pentingnya memastikan bahwa program tersebut tidak terjebak pada pendekatan top-down semata.
Ia mendorong agar Kementerian ESDM dan PLN menjadikan proyek di Gayo Lues sebagai model kolaborasi antarpihak, pemerintah pusat, daerah, BUMN, dan masyarakat.
Baca Juga:
Bali Lepas dari Ketergantungan PLTU Paiton, Jalan Panjang Menuju Energi Terbarukan
“Pembangunan energi ini harus benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat. Maka dari itu transparansi, pengawasan, dan keberlanjutan harus jadi prinsip utama,” tegasnya.
ALPERKLINAS juga mengingatkan bahwa pengembangan EBT seperti PLTMH harus tetap memperhatikan daya dukung lingkungan, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS).
Menurut Tohom, sinergi antara konservasi lingkungan dan pengembangan energi akan menjamin keberlanjutan proyek dalam jangka panjang.
Baca Juga:
12.520 Rumah Tangga di Sulbar Ajukan Bantuan Pemasangan Listrik ke Kementerian ESDM
“Energi bersih bukan sekadar teknis. Ia harus ramah lingkungan, memperkuat struktur sosial desa, dan memutus ketergantungan kita terhadap BBM. Kita perlu pendekatan ekosistem, bukan hanya sekadar pembangunan aset,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi, menyatakan bahwa PLN menyambut baik inisiatif pembangunan pembangkit listrik hidro ini dan terbuka terhadap kehadiran investor, dengan catatan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami menyambut baik inisiatif pembangunan pembangkit listrik hidro ini dan menyatakan bahwa investor yang tertarik akan disambut dengan tangan terbuka, tentunya dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan,” ujar Evy.