WahanaNews - Konsumen Listrik | PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) membutuhkan pasokan biomassa mencapai sekitar 1,05 juta ton untuk bahan bakar pendamping batu bara atau co-firing tahun ini.
Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan, kebutuhan itu diproyeksikan bakal meningkat hingga 10 juta ton pada 2025.
Baca Juga:
Terus Kembangkan Bahan Co-Firing Biomassa, PLN Bersama Kementan Luncurkan Model Pertanian Terpadu
Dengan demikian, kata Aris, perseroan bakal gencar melakukan kemitraan dengan industri dan masyarakat lokal untuk menjaga keberlanjutan bahan bakar pendamping tersebut.
“Diperlukan kegiatan yang masif dalam mendukung kebutuhan biomassa untuk co-firing PLTU. Yakni dengan melakukan penanaman tanaman energi yang dimulai dengan ekosistem hutan energi serta mensinkronkan dengan rantai pasok biomassa dengan rantai pasok batu bara,” ujar Aris melalui siaran pers, Minggu (15/1/2023).
Aris juga menyampaikan bahwa, di sekitar tambang batu bara terdapat lahan tidur yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan melakukan penanaman tanaman biomassa, masyarakat bisa merasakan dampak secara ekonomi dan sekaligus membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Baca Juga:
Terus Kembangkan Bahan Co-Firing Biomassa, PLN Bersama Kementan Luncurkan Model Pertanian Terpadu
"PLN akan terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission di tahun 2060 dan sekaligus mengupayakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan melalui program co-firing biomassa ini," paparnya.
Seperti diketahui, PLN EPI telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan PT Energy Management Indonesia (PT EMI) dan PT Alpha Rizki Tekhnologi (Artekno) untuk pengembangan dan pengelolaan biomassa.
Kolaborasi ini untuk memenuhi kebutuhan pasokan biomassa sebagai pengganti batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan memanfaatkan sumber daya setempat.