Atas kegelisahannya soal subsidi itu, Zulhas pun menawarkan dua solusi. Pertama, subsidi energi harus dialihkan bentuknya dari yang berbasis komoditas menjadi subsidi langsung. Kedua, percepatan transformasi energi bersih nan ramah lingkungan harus digenjot pemerintah.
Zulhas memberikan usulan agar subsidi diberikan secara langsung kepada masyarakat miskin, yang menurutnya ada sekitar 26 juta orang di Indonesia.
Baca Juga:
Menteri BUMN Erick Thohir Tanggapi Isu Pasangan Calon Nomor Urut 2
"Subsidi langsung harus diberikan pada warga kita yang miskin, menurut BPS jumlahnya itu 26 juta orang," ujar Zulhas.
Skema yang dia usulkan adalah memberikan subsidi langsung sebesar Rp 500-900 ribu untuk 26 juta penerima manfaat di Indonesia. Dia memperkirakan 26 juta penerima manfaat ini butuh konsumsi energi untuk maksimal 2 motor, 2 gas LPG 3 kg per bulan, dan listrik dengan kapasitas maksimal 900 watt.
Dari hitungannya, bila skema itu diterapkan Indonesia hanya butuh mengeluarkan subsidi sebesar Rp 180 triliun per tahun. Jauh dari angka subsidi yang saat ini diberikan di level Rp 500 triliun.
Baca Juga:
Realisasi Subsidi Energi Tembus Rp157 Triliun, Tertinggi Sejak 2015
"Dengan subsidi BBM, LPG, dan listrik bagi warga tak mampu Rp 500-900 ribu per orang per bulan, kita hanya akan menanggung Rp 15 triliun per bulan atau sekitar Rp 180 triliun per tahun," sebut Zulhas.
Nah untuk solusi kedua menurutnya pemerintah harus mempercepat transformasi energi ramah lingkungan untuk menghindari gejolak harga minyak dan gas yang bergerak liar.
Hal itu bisa dilakukan dengan melakukan percepatan pemakaian kendaraan listrik, memperbanyak penggunaan kompor listrik bagi rumah tangga, memperluas dan memperbanyak titik-titik pengisian baterai kendaraan listrik, hingga memperbanyak pasokan listrik dari energi baru dan terbarukan.