EnergiNews.id | Hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara dengan ekonomi terkuat di dunia yang tergabung dalam G20 di Bali, 15-16 Desember 2022 lalu, telah berbuah manis bagi negeri ini. Indonesia meraih komitmen pendanaan hingga nyaris US$ 1 triliun, tepatnya sekitar US$ 929,4 miliar.
Dari jumlah komitmen tersebut, sebesar US$ 20 miliar atau sekitar Rp 311 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per US$) merupakan komitmen Amerika Serikat melalui inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk membiayai transisi energi di Tanah Air.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Inisitaif JETP ini akan dipimpin oleh Amerika Serikat dan Jepang. Kedua negara maju ini akan memimpin negosiasi dengan International Partners Group terkait pendanaan transisi energi di Indonesia, terutama untuk meninggalkan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik.
Besarnya komitmen pendanaan yang dijanjikan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan pemimpin negara maju lainnya itu membuat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan jajarannya untuk segera menindaklanjuti berbagai kesepakatan tersebut.
Hal ini turut membuat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif angkat suara.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Arifin menyebutkan pendanaan tersebut akan disebar ke beberapa sektor, termasuk sektor energi yang ditujukan agar transisi energi di Indonesia berjalan lancar dan energi yang digunakan menjadi lebih bersih.
Dia menyebutkan, salah satu sektor yang dituju dalam pendanaan ini adalah untuk early retirement atau pemensiunan dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
"Kita harus tahu ya nanti itu nanti di sektor untuk energi transisi ya, nanti juga kita tahu mana bobotnya. Kemarin kan disampaikan untuk early retirement, kita harus dalami lagi," tuturnya saat ditemui usai acara Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi 2022 di Jakarta, Rabu (30/11/2022).