Bukan hanya perusahaan lokal yang "teriak", investor asing juga komplain dengan ini. Kamar dagang Jepang, Korea, dan Eropa bahkan mengajukan petisi kepada pemerintah agar menemukan solusi cepat atas krisis tersebut.
Susumu Yoshida dari Kamar Dagang dan Industri Jepang mengatakan bahwa kerusakan langsung dari satu pemadaman listrik yang memengaruhi lima produsen di kawasan industri mencapai lebih dari US$ 190.000. Jumlahnya, ujarnya, tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Baca Juga:
Bakamla RI dan VCG Perkuat Kerjasama Lewat Latihan SAR serta Olahraga Persahabatan
Korea Selatan (Korsel), investor asing utama Vietnam, juga menegaskan hal sama. pemadaman listrik dua atau tiga kali seminggu telah berdampak buruk pada kegiatan produksi.
"Masalah pemadaman listrik akan menjadi sangat serius tidak hanya bagi perusahaan yang telah berinvestasi di Vietnam, tetapi juga bagi kami yang mencoba mengundang investor untuk datang ke Vietnam," kata ketua Kamar Bisnis Korea di Vietnam, Hong Sun.
Perlu diketahui, Vietnam mengalami serangkaian gelombang panas sejak awal Mei. Saat ini, sungai dan waduk di pembangkit listrik tenaga air mengering.
Baca Juga:
Terjangan Topan Super Yagi di Vietnam, 6 Orang Tewas akibat Tanah Longsor
Vietnam bergantung pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk hampir setengah dari kebutuhan energinya. Tetapi 11 pembangkit listrik besar di wilayah utara dan tengah mengalami gangguan yang parah dalam beberapa minggu terakhir.
Dua dari tiga unit di salah satu yang terbesar, Thac Ba, telah berhenti berfungsi. Padahal peningkatan permintaan jaringan sebesar 20%.
"Kekurangan listrik telah dan akan meningkat di utara hingga awal Juli," kata pejabat Wakil Direktur Pusat Pengiriman Beban Nasional Nguyen Quoc Trung.