Konsumenlistrik.com | Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki puluhan ribu pulau yang tersebar di 34 provinsi.
Kondisi geografis tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah dalam memberikan akses listrik ke wilayah-wilayah yang masih belum terjangkau jaringan listrik.
Baca Juga:
Transisi Energi Butuh Pembaruan Teknologi dan SDM Berdaya Saing Tinggi
Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi pengembangkan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berlimpah mulai dari tenaga surya, hidro, bayu, biomassa, panas bumi, dan lainnya.
"Yang kita harapkan adalah kita mampu mengembangkan EBT, terutama energi solar dengan potensi sebesar 207,8 GW. Namun, yang dimanfaatkan baru sekitar 0,03%. Sangat disayangkan jika Indonesia dengan letak geografis yang disinari matahari setiap tahunnya tidak bisa menikmati energi gratis dengan potensi yang besar ini," tutur Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Ketenagalistrikan Sripeni Inten Cahyani, di depan peserta Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) Batch 2 pada kuliah umum di minggu kedua yang berlangsung secara daring, Kamis (24/2/2022) lalu.
Melihat potensi besar Indonesia, lanjut Inten, program transisi energi menjadi sasaran utama sektor ketenagalistrikan di Indonesia ke depan, sehingga mahasiswa juga diharapkan turut menyuarakan tren energi bersih dan mendorong Green Industry di Indonesia.
Baca Juga:
Satset Gerilya Bahas PLTS Terapung, Sasar Milenial Jakarta
"Adik-adik sebagai mahasiswa yang memiliki pikiran kritis diharapkan dapat mendorong Green Industry. Indonesia akan menjadi negara industri dimana pasarnya adalah rakyat kita sendiri. Berinovasi adalah yang dapat dilakukan, salah satunya dengan berkontribusi melalui Program Gerilya," lanjut Inten.
Memaparkan kondisi industri ketenagalistrikan nasional saat ini, Inten menyebutkan setidaknya terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan agar mencapai sasaran industri yang optimal. 5 hal yang sangat berpengaruh dan saling berkaitan satu sama lain yaitu Keberlanjutan, Keterjangkauan, Keadilan, Ketersediaan, dan Keandalan.
"Sasaran dari rencana ini adalah; kesehatan dan dan bisnis kelistrikan bertumpu pada energi bersih, tarif listrik yang terjangkau, mencapai 100% rasio elektrifikasi, kecukupan pasokan listrik memenuhi konsumsi nasional, dan keterjaminan kualitas pasokan listrik yang andal," jelas Inten.
Sesuai dengan tujuan Program Gerilya, Inten mengajak para mahasiswa Gerilya untuk menelisik lebih lanjut pada sasaran sektor ketenagalistrikan poin Keberlanjutan. Selain menyediakan energi bersih, penyediaan ketenagalistrikan ke depan juga mengedepankan penyediaan yang berkelanjutan sesuai dengan poin-poin dalam SDG's.
Program Gerilya Kampus Merdeka ini khusus ditujukan kepada mahasiswa aktif untuk membantu merealisasikan dan mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% pada tahun 2025 mendatang. Tujuan utamanya adalah mahasiswa mampu berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Indonesia.
Pada Batch I Peserta Gerilya telah berkontribusi membantu proses instalasi PLTS Atap baru lebih dari 2,3 Mega Watt Peak (MWp), di samping juga telah membantu melakukan penyusunan pra studi kelayakan (pre-feasibility study) PLTS Atap dengan total kapasitas lebih dari 2 MWp. [tum]