Konsumenlistrik.com | Upaya penerapan co-firing berdampak pada penurunan nilai emisi karbon sebesar 121.869 ton CO2 dalam setahun sejak 2020 hingga 2021.
PT PLN (Persero) memanfaatkan bonggol jangung untuk jadikan alternatif batu bara (co-firing) sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya.
Baca Juga:
Pemkab Batang Apresiasi Kontribusi PT Bhimasena Power dalam Layanan Kesehatan dan Pembangunan
Hal ini merupakan bagian dari upaya menurunkan emisi dan mendukung transisi energi.
General Manager PLN UIKL Sulawesi Munawwar Furqan mengatakan, PLTU Punagaya berkapasitas 2 x 100 MW merupakan salah satu PLTU dalam sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan yang menerapkan cofiring.
PLTU Punagaya memanfaatan limbah domestik berupa bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batubara guna peningkatan kualitas produksi listrik serta rantai pasok energi primer pada PLTU.
Baca Juga:
Usut Tuntas Skandal Proyek PLTU 1 Kalbar, ALPERKLINAS: Jangan Sampai Pasokan Listrik ke Konsumen Terhambat
“PLN terus fokus dalam transisi energi melalui peningkatan bauran energi baru terbarukan dalam porsi pengembangan pembangkit kedepannya, selain itu PLN juga menerapkan green booster yang meliputi implementasi cofiring pada PLTU,” kata Munawwar, dalam keterangan resmi, Jumat (18/3/2022) .
Dalam penerapan program co-firing, PLTU Punagaya memanfaatkan limbah domestik berupa bonggol jagung yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5:95.
“Program Co-firing PLTU Punagaya telah berlangsung sejak 10 Februari 2021 dan berhasil memanfaatkan kurang lebih 77,5 Ton limbah domestik masyarakat disekitar PLTU, harapan kami adalah supply chain bahan baku bonggol jagung sebagai bahan bakar alternatif campuran batu bara dapat terjaga,” ungkap Munawwar.