"Sama dapat panci stainless steel dan wajan anti lengket. Soalnya kompor ini nggak bisa pakai panci alumunium," katanya.
Indrawati menuturkan sebelum menerima paket kompor tersebut, instalasi di rumahnya menggunakan 1.300 VA. Namun, ia akhirnya turun daya ketika mendapatkan tawaran bantuan kompor listrik induksi.
Baca Juga:
Konversi Kompor Listrik Harus, Jokowi: Tapi Timing-nya Bukan Sekarang
Sebab, untuk menjadi penerima paket kompor listrik itu, syaratnya adalah memiliki daya listrik 900 VA dan masuk golongan subsidi. Tanpa pikir panjang, ia pun menerima tawaran tersebut.
Terlebih, ia memang berhak mendapatkan subsidi karena ia tergolong tidak mampu. Selama ini, ia juga sudah terdaftar sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH) dan penerima Bantuan Pangan Nontunai dari pemerintah. Sebelumnya, pada awal tahun ini, ia dapat program penataan kawasan dari Kementerian PUPR sehingga rumahnya dipasang listrik 1.300 VA.
Ia mengaku instalansi kompor listrik dilakukan oleh petugas PLN. Selain memasang kompor listrik, petugas itu juga menambah mini circuit breaker (MCB) di rumahnya. Satu MCB khusus kompor listrik, satu lagi untuk perangkat elektronik lain.
Baca Juga:
Program Kompor Listrik, Jokowi: Timingnya Bukan Sekarang!
"Kalau mau masak, MCB yang buat kompor listrik harus dinyalakan dulu. Kalau sudah selesai harus dimatikan. Biar kompornya awet," katanya.
Sejak menggunakan kompor listrik, Indrawati mengaku pengeluaran listriknya justru berkurang.
Jika dulu dengan daya 1.300 VA merogoh Rp200 ribu sampai Rp250 ribu per bulan, kini dengan daya 900 VA ia hanya membayar Rp100 ribu per bulan.