Menggunakan teknologi i-TOPCon Advanced, pabrik ini mampu menghasilkan panel surya dengan daya hingga 720 Wp dan efisiensi 23,2 persen.
Tohom menekankan bahwa pembangunan industri seperti ini merupakan jalan menuju kemandirian energi dan keberlanjutan ekonomi.
Baca Juga:
Jaga Citra Kawasan ASEAN, ALPERKLINAS Apresiasi Target Pemprov Jakarta Bersih Kabel Listrik
"Jangan hanya bicara soal teknologi, kita juga harus menyoroti multiplier effect-nya. Ratusan tenaga kerja terserap, ekosistem industri lokal hidup, dan peluang ekspor meningkat. Ini contoh konkret bagaimana investasi hijau bisa sejalan dengan kepentingan nasional," ucapnya.
Lebih jauh, Tohom yang juga Wakil Ketua Umum Komite Nasional LSM Indonesia (KN LSM Indonesia) ini menggarisbawahi pentingnya keberpihakan regulasi terhadap inisiatif seperti ini.
“Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada energi fosil. Pemerintah harus menjadikan proyek seperti TMAI sebagai role model yang didukung penuh, baik melalui insentif fiskal maupun kemudahan perizinan,” tuturnya.
Baca Juga:
Jadikan PLTN Salah Satu Ketahanan Energi Nasional, ALPERKLINAS Apresiasi Institut Teknologi PLN Bentuk Lembaga Nuklir Taraf Internasional GINEST
Ia juga menyoroti pentingnya konsistensi antara pembangunan industri energi hijau dengan agenda perlindungan konsumen.
“Dengan tumbuhnya industri panel surya dalam negeri, harga teknologi surya diharapkan lebih terjangkau bagi masyarakat. Ini akan membuka jalan bagi revolusi listrik berbasis energi bersih di tingkat rumah tangga,” jelasnya.
Sementara itu, Tohom menilai kehadiran investor lokal yang berani mengambil peran utama dalam proyek energi bersih adalah simbol dari meningkatnya kesadaran dan kepercayaan diri bangsa.