Konsumenlistrik.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Aliansi Lembaga Perlindungan Konsumen Listrik Nasional (ALPERKLINAS) menyambut baik rencana pemerintah dalam mengembangkan pembangkit listrik arus laut sebagai bagian dari strategi transisi energi menuju target bauran energi baru terbarukan (EBT) tahun 2060.
Ketua Umum ALPERKLINAS, KRT Tohom Purba, menilai langkah ini sebagai terobosan yang patut diapresiasi.
Baca Juga:
Jabodetabekjur Menuju Aglomerasi, MARTABAT PRABOWO-GIBRAN Minta 16 Kepala Daerah Bergandengan Tangan
“Kami sangat mengapresiasi langkah pemerintah dalam mengembangkan pembangkit listrik arus laut. Ini adalah potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan pemanfaatan energi kelautan, Indonesia bisa semakin mandiri dalam penyediaan listrik berbasis EBT,” ujar Tohom, Selasa (28/1/2025).
Pemerintah, melalui Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, menargetkan kapasitas pembangkit listrik nasional mencapai 443 gigawatt (GW) pada tahun 2060, dengan 79% di antaranya berasal dari energi baru terbarukan.
Dari total tersebut, sekitar 42% diproyeksikan berasal dari tenaga surya dan angin, didukung teknologi penyimpanan energi. Sebagai bagian dari rencana tersebut, pengembangan pembangkit listrik arus laut akan dimulai pada 2028-2029.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Museum SBY Ani dalam Penggunaan EBT Komitmen Kurangi Emisi Karbon, Contoh bagi Pemilik Gedung Besar di Indonesia
Tohom menegaskan bahwa transisi energi harus dilakukan dengan kebijakan yang matang serta perencanaan teknis yang tepat.
“Keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada kajian teknis dan eksekusi yang cermat. Kita harus memastikan bahwa infrastruktur yang dibangun benar-benar siap mendukung operasional pembangkit listrik arus laut,” tambahnya.
Selain itu, Tohom juga menekankan pentingnya keterlibatan sektor swasta dan akademisi dalam pengembangan teknologi energi laut.
Menurutnya, kolaborasi ini akan memastikan implementasi yang efektif serta mencegah potensi hambatan teknis maupun regulasi.
Tohom yang juga Kandidat Doktor Universitas Krisnadwipayana mengatakan bahwa pengembangan pembangkit listrik berbasis arus laut harus selaras dengan aspek keberlanjutan lingkungan dan keberpihakan terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir.
"Jangan sampai proyek besar ini justru berdampak negatif terhadap ekosistem laut dan mata pencaharian nelayan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Tohom menegaskan bahwa pemerintah perlu memastikan keberlanjutan proyek ini dalam jangka panjang.
Ia berharap regulasi yang mendukung percepatan energi terbarukan bisa diimplementasikan secara konsisten agar pengembangan energi laut tidak hanya menjadi wacana semata.
“Kita tidak boleh hanya berhenti pada tahap rencana. Indonesia memiliki potensi besar dalam energi arus laut, sehingga upaya ini harus dijaga kesinambungannya agar bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan negara,” tutupnya.
[Redaktur: Zahara Tio]