Lantas, apa yang membuat Indonesia tak lagi menarik bagi investor migas asing?
Menurut Praktisi Migas Tumbur Parlindungan, pada dasarnya potensi migas di Tanah Air masih sangat besar, namun sayangnya ini tidak didukung oleh iklim investasi yang baik bagi investor.
Baca Juga:
Polisi Bongkar Penyalahgunaan BBM Subsidi di Sibolga
"Potensinya Indonesia itu masih besar sekali. Investment climate-nya yang tidak mendukung," ungkap Tumbur kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (16/12/2021).
Dia menyebut kasus nyata pada rencana hengkangnya ConocoPhillips dari Indonesia karena kepastian hukum dan kemudahan berbisnis di Australia jauh lebih baik dibandingkan Indonesia.
Dia pun menyinggung, dengan diberikannya seluruh blok migas yang kontraknya berakhir ke PT Pertamina (Persero), ini menjadi isu bahwa pemerintah mencoba menasionalisasikan industri hulu migasnya.
Baca Juga:
Sri Mulyani Ngaku Senang Karena Politisi Mulai Belanjakan Uangnya untuk Kampanye Pemilu 2024
Menurutnya, hal ini seolah-olah menandakan bahwa pemerintah Indonesia tidak lagi memerlukan investor asing. Akibatnya, ini merupakan sinyal negatif bagi para investor.
"Dengan diberikannya semua blok yang expire ke Pertamina menjadikan issue 'nasionalisasi upstream industry' ini juga menjadi negative signal untuk investor," tegasnya.
Kondisi ini pun menurutnya akan semakin menyulitkan pemerintah untuk mencapai target produksi 1 juta bph minyak dan 12 BSCFD gas pada 2030 mendatang.