Menurut Irto, pada Jumat dan Sabtu pekan lalu, Pertalite sempat ada peningkatan permintaan, mengingat mobilisasi masyarakat juga tinggi. Sementara hari Minggu konsumsi sudah melandai.
“Potensi peralihan dari Pertamax ke Pertalite mungkin ada, namun belum bisa kita lihat dalam 2-3 hari pasca penyesuaian harga. Ini masih sementara saja nanti akan kita lihat dalam 1-2 minggu trennya,” kata dia.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Terkait solar, Irto mengatakan, penyaluran Solar subsidi sesuai regulasi Perpres No 191 Tahun 2014. Volume Solar subsidi mengikuti alokasi yang diberikan Pemerintah. Pertamina sudah menyalurkan 11% kelebihan kuota untuk menormalisasi antrean.
“Saat ini kami terus berkoordinasi dengan BPH Migas untuk memastikan alokasi kuota. Dan dalam rangka satgas RAFI, kami saat ini terus menyalurkan Solar subsidi bagi SPBU terutama di jalur-jalur logistik dan jalur utama,” ujarnya.
Zainul Arifin, Peneliti ReforMiner Institute, menilai terhambatnya pasokan BBM subsidi ke SPBU lebih karena stok yang belum datang. Hal ini dinilai wajar dan biasa.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
“Namun karena momentumnya (bersamaan dengan kenaikan harga Pertamax, red) kemudian bergulir sedemikian rupa di media sosial menjadi ramai,” ujar Zainul.
Kekurangan pasokan BBM subsidi tidak terjadi di banyak SPBU. Kekurangan stok hanya terjadi di beberapa titik saja dan tidak mencerminkan seolah kelangkaan BBM terjadi pada satu kawasan.
“Yang terjadi (kelangkaan) sebetulnya hanya satu-dua SPBU. Kalau zaman dulu, langka tak masalah. Karena zaman medsos, yang apa-apa viral, hal tersebut jadi masalah,” ujarnya.