Pertumbuhan pada kuartal I 2022 ini bahkan mampu menyerap 4,55 juta tenaga kerja. Kecenderungan positif itu menjadi pertanda pondasi perekonomian nasional sudah kembali ke jalur proses pemulihan saat daya rusak pandemi Covid-19 mulai melemah. Namun, dinamika global mengingatkan Indonesia untuk selalu waspada.
Proses pemulihan sekarang ini ternyata harus berhadapan dengan tantangan riil. Tantangan bersamanya adalah menjaga dan merawat momentum pertumbuhan ekonomi sekarang agar dapat berlangsung konstan.
Baca Juga:
Hary Tanoesoedibjo Tekankan Energi Penting dalam Membangkitkan Ekonomi Indonesia
Semua elemen masyarakat hendaknya aktif berkontribusi mewujudkan kondusifitas pada semua aspek kehidupan. Dengan iklim perekonomian yang kondusif, investasi akan terus bertumbuh dan menciptakan lapangan kerja baru.
Memang, menjaga momentum pertumbuhan sekarang menjadi tidak mudah karena adanya ketidakpastian global akibat invasi Rusia ke Ukraina. Salah satu dampak langsung dari invasi militer Rusia adalah naiknya harga energi. Hari-hari ini, komunitas global harus menerima fakta tentang tingginya harga energi.
Di dalam negeri, masyarakat kebanyakan juga sudah merasakan dampak itu dalam wujud naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
Baca Juga:
Jamaluddin Jompa Ajak OJK Dorong Perbankan Investasi di Sektor Kelautan
Lonjakan harga energi menjadi persoalan sangat serius bagi banyak negara di Eropa. Rusia memanfaatkan cadangan minyaknya untuk memperkuat daya tawar atas sanksi yang diberlakukan sejumlah negara Eropa penentang invasi ke Ukraina. Tingginya harga energi memberi dampak signifikan pada proses pemulihan ekonomi Eropa.
Sebagaimana dipahami bersama, naiknya harga energi sekarang pun sudah pasti memberi dampak kepada sektor industri dalam negeri. Lazimnya, harga energi yang naik akan mendongkrak biaya produksi.
Konsekuensinya, harga ragam produk kebutuhan masyarakat akan naik. Masyarakat sebagai konsumen kembali dibuat tidak nyaman. Dan, kenaikan harga produk pasti berdampak pada laju inflasi.